REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Jika Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) menembakkan rudal ke arah Guam, rudal itu akan memerlukan waktu 14 menit untuk mencapai pulau tersebut dan sistem siaga di sana akan memberitahu rakyat. Wanita Juru Bicara Kantor Keamanan Dalam Negeri Guam, Jenna Gaminde, sebagaimana dikutip oleh harian lokal Pacific Daily News, mengatakan warga akan segera diberitahu oleh sirena 15 All-Hazards Alert Warning System --yang berada di daerah dataran rendah di seluruh pulau tersebut.
All-Hazards Alert Warning System, yang mulai dipasang pada 2014, adalah satu sistem yang antara lain dirancang untuk semua bahaya, termasuk tsunami, gempa bumi dan banjir bandang. "Kantor kami akan diberitahu oleh militer dan akan memanfaatkan semua bentuk komunikasi massa untuk mengirim pesan kepada masyarakat," kata Gaminde, sebagaimana dikutip Xinhua, Jumat (11/8).
Ia menambahkan rakyat mesti beralih ke media lokal --radio, cetak, televisi-- untuk mengetahui instruksi lebih lanjut, jika mereka mendengar sirene. Sementara itu, laporan tersebut mengatakan militer di pulau itu terus mempertahankan operasi standard di tengah ancaman dan tak ada perubahan dalam tingkat ancaman.
Menurut Missile Defense Advocacy Alliance (MDAA), organisasi nirlaba yang mendedikasikan diri pada sistem pertahanan di Amerika Serikat, Guam dicakup oleh sistem pertahanan rudal AS yang digelar secara permanen oleh Departemen Pertahanan di Pangkalan Angkatan Udara Andersen, yang meliputi sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dan sistem radar AN/TPY-2.
Militer DPRK mengatakan di dalam satu pernyataan pada Kamis bahwa rencananya untuk menyerang Guam dengan menggunakan rudal jarak menengah akan siap pada pertengahan Agustus dan pelaksanaannya akan tergantung atas keputusan pemimpin tertinggi DPRK Kim Jong Un.
Itu adalah reaksi terhadap peringatan sangat keras dari Presiden AS Donald Trump kepada DPRK pada Selasa, ketika ia mengatakan, "Korea Utara (DPRK) sebaiknya tidak mengeluarkan ancaman lagi terhadap Ameriak Serikat. Mereka akan dihadapi dengan tembakan dan kemarahan yang tak pernah disaksikan dunia sebelumnya."