REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping telah menjalin komunikasi via telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Sabtu (12/8). Keduanya membicarakan tentang krisis antara AS dan Korea Utara (Korut).
Dalam kesempatan tersebut, seperti dilaporkan televisi Pemerintah Cina, Xi mengatakan, isu nuklir Korut memerlukan sebuah resolusi damai. Oleh sebab itu, Xi berharap, baik AS maupun Korut dapat saling menahan diri dan tidak terseret ke dalam peperangan.
“Sisi yang relevan pada saat ini adalah harus menahan diri dan hindari pernyataan atau tindakan yang memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea,” kata televisi pemerintah Cina dalam laporannya menyitir pernyataan Xi.
Xi mengungkapkan, sudah menjadi kepentingan bersama antara Cina dan AS untuk mencapai denuklirisasi di Semenanjung Korea. Termasuk menjaga perdamaian dan stabilitas yang telah terbangun di sana.
Namun pada akhirnya, menurut Xi, menyelesaikan masalah nuklir perlu dilakukan secara politis melalui pembicaraan. “Dan Cina bersedia untuk menjaga komunikasi AS atas dasar saling menghormati untuk mendorong resolusi yang sesuai,” ujar Xi.
Televisi pemerintah Cina juga mengutip beberapa pernyataan Trump dalam pembicaraannya dengan Xi. Trump mengatakan bahwa dia sangat memahami peran Cina dalam isu nuklir Korut.
Pada Rabu (9/8), Korut mengancam akan meluncurkan empat rudal ke Guam, sebuah pulau di Samudra Pasifik yang menjadi pangkalan dan basis militer AS. Ini merupakan reaksi Pyongyang atas sanksi PBB yang baru saja diterapkan kepadanya, yakni berupa pelarangan ekspor komoditas utama Korut antara lain besi, bijih besi, batubara, serta hasil laut. Korut diperkirakan akan mengalami kerugian senilai 3 miliar dolar AS setiap tahunnya akibat sanksi tersebut.
Trump pun mengancam balik Korut bila benar-benar akan menyerang Guam. Bila serangan itu jadi dilancarkan, Kim Jong-un, kata Trump, akan segera menyesali tindakannya. Korut, ungkap Trump, juga akan mengalami sesuatu yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.