REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Amerika Serikat dan Korea Selatan akan melanjutkan latihan militer gabungan minggu depan. Hal ini diungkapkan perwira militer utama AS, Kamis, (17/8). AS dan Korsel tetap melakukan pelatihan militer.
Mereka tak peduli tekanan Korea Utara dan Cina yang meminta mereka menghentikan pelatihan militernya. Kemajuan Korut dalam mengembangkan senjata nuklir dan rudal yang mampu mencapai daratan AS telah memicu ketegangan dalam beberapa bulan terakhir.
Pyongyang pekan lalu mengancam akan menembakkan rudal ke wilayah Guam AS. Presiden AS Donald Trump memperingatkan Korut akan menghadapi api dan kemarahan dari AS jika mengancam AS. Latihan militer tahunan yang melibatkan puluhan ribu tentara AS dan Korea Selatan akan dimulai pada hari Senin.
Cina, sekutu utama dan mitra dagang Korea Utara, telah mendesak AS dan Korsel untuk membatalkan latihan tersebut dengan imbalan Korut akan menghentikan program senjatanya. Kepala Staf Latihan Gabungan AS Joseph Dunford mengatakan, latihan tersebut tidak jadi bagian dari negosiasi pada tingkat manapun.
"Saran saya untuk kita tidak akan membatalkan latihan ini sebab sangat penting untuk menjaga kemampuan aliansi untuk mempertahankan diri," katanya, Kamis, (17/8).
Selama ancaman dari Korut ada, ujar dia, maka kita perlu mempertahankan kesiapan untuk merespons ancaman tersebut. Wakil Ketua Komisi Militer Pusat Cina Fan Changlong mengatakan, Cina percaya satu-satunya cara efektif untuk menyelesaikan masalah ini adalah melalui pembicaraan.
"Cina percaya bahwa dialog dan konsultasi adalah satu-satunya jalan efektif untuk menyelesaikan masalah semenanjung, dan opsi militer tidak dapat menjadi pilihan," kata Fan.