Ahad 03 Sep 2017 11:33 WIB

Al-Irsyad: Cabut Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi

Rep: Kabul Astuti/ Red: Agus Yulianto
Pengungsi Rohingya termenung setelah upayanya mengungsi ke wilayah Bangladesh dicegah penjaga perbatasan.
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Pengungsi Rohingya termenung setelah upayanya mengungsi ke wilayah Bangladesh dicegah penjaga perbatasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Perhimpunan Al-Irsyad, Muhammad Basyir Syawie menegaskan, bahwa kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar merupakan tragedi kemanusiaan yang luar biasa dan sangat menyakitkan hati umat Islam. “Ini tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa, apalagi kita sesama Muslim bersaudara, perlu mempunyai langkah konkrit membantu Muslim Rohingya,” ujar Basyir Syawie, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (3/9).

Basyir mengatakan, pemerintah Indonesia harus mengambil langkah tegas melihat tragedi yang menimpa etnis Rohingya. Menurutnya, Indonesia harus berusaha semaksimal mungkin membantu menangani tragedi tersebut dengan sungguh-sungguh.

Karena itu, Basyir mengapresiasi langkah pemerintah Turki yang meminta pintu perbatasan Bangladesh dibuka untuk para pengungsi Rohingya. Menurutnya, Indonesia yang secara geografis lebih dekat tentunya bisa lebih membantu menegosiasikan permintaan itu.

Ketua DPP Perhimpunan Al Irsyad ini berharap, pemerintah bersikap tegas dalam menangani kekerasan massal terhadap etnis Rohingya tersebut. “Ini bukan hanya urusan Muslim, tapi ini urusan kemanusiaan. Jika seperti ini, artinya harus ada langkah untuk mencabut hadiah Nobel yang diterima Aung San Suu Kyi, PBB pun harus menekan,” kata mantan Wali Kota Pekalongan itu.

Sebelumnya, kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Rohingya telah banyak menuai perhatian serta kecaman publik internasional terhadap pemerintah Myanmar. Di Indonesia, dukungan terhadap etnis Rohingya terus mengalir tanpa henti.

Lebih dari 2.600 rumah telah dibakar di daerah mayoritas Muslim Rohingya, di Rakhine, bagian barat laut Myanmar selama satu pekan ini. Puluhan ribu pengungsi melarikan diri ke perbatasan Bangladesh dalam 24 jam terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement