Ahad 03 Sep 2017 12:27 WIB
Kekerasan Rohingya

Indonesia Perlu Kerja Sama dengan Malaysia dan Brunei

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agus Yulianto
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran Bandung, Teuku Rezasyah menyarankan, agar Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan Malaysia dan Brunei Darussalam untuk menghentikan kekerasan terhadap etnis minoritas Rohingya di Myanmar. Tak hanya itu, Indonesia juga dapat menggerakan Organisasi Konferensi Islam (OKI) serta negara-negara teluk untuk menemukan solusi yang tepat penyelesaikan peristiwa kemanusiaan ini.

Saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (3/9), Teuku mengatakan, Pemerintah Indonesia telah berupaya keras mengingatkan Myanmar untuk menghentikan pembantaian terhadap etnis minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine.  Peran pemerintah Indonesia pun, disebutnya, telah dilakukan dengan maksimal dengan mengirimkan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi berkunjung ke Myanmar membahas terkait masalah kekerasan Rohingya ini.

Menurut Teuku, dalam kesempatan ini, Indonesia perlu menyampaikan kepada pemerintah Myanmar, pentingnya memperhatikan status kependudukan etnis Rohingya di Rakhine. "Mereka (Rohingya, red) perlu diperhatikan status wilayahnya, seperti di Filipuna Selatan diberikan otonomi khusus, terserah. Tapi mereka perlu kewarganegaraan," ujar dia.

Kekerasan terhadap etnis Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar, dinilainya, telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Sejumlah negara pun telah menyerukan kepada pemerintah Myanmar agar menghentikan kekerasan tersebut sehingga tak ada lagi warga sipil yang menjadi korban. 

Kekerasan terhadap etnis Rohingya di Rakhine, bukan pertama kalinya terjadi. Kekerasan kali ini dilaporkan terjadi setelah 20 pos keamanan polisi di area perbatasan Myanmar dan Bangladesh diserang. Penyerangan inipun diyakini oleh pasukan militer Myanmar dilakukan oleh warga Rohingya.

Akibatnya, 71 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan ini. Menyusul terjadinya bentrokan, pasukan militer memeriksa desa di kantong-kantong Rohingya. Tentara juga dilaporkan mengeluarkan tembakan sehingga warga Rohingya pun melarikan diri ke perbatasan Bangladesh. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement