Senin 04 Sep 2017 11:56 WIB

Ini Bom Hidrogen yang Baru Diuji Coba Korut 

Rep: Puti Almas/ Red: Agus Yulianto
Awan berbentuk jamur hasil uji coba bom hidrogen AS di Bikini Atoll di Kepulauan Marshall (Ilustrasi)
Foto: us air force
Awan berbentuk jamur hasil uji coba bom hidrogen AS di Bikini Atoll di Kepulauan Marshall (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Analis senior di Badan Meteorologi Korea Selatan (Korsel) Lee Mi-sun menunjukkan, kekuatan uji coba perangkat nuklir terbaru yang dilakukan oleh Korea Utara (Korut). Tampaknya, ada kegiatan yang dilakukan dengan membuat ledakan di bawah tanah hingga membuat getaran tremor dari negara itu terasa hingga ke Cina, bahkan disebut ke sejumlah negara Asia Tenggara, pada Ahad (3/9). 

Korut mengklaim melakukan uji coba terbaru bom hidrogen yang dirancang untuk ditempatkan dalam Peluru Kendali Balistik Antar Benua (ICBM).  Ini disebut sebagai keberhasilan dari tujuan negara itu sejak lama untuk menempatkan hulu ledak nuklir sebagai alat persenjataan mereka. 

Negara terisoalsi itu menuturkan, tes bom hidrogen tersebut menjadi yang keenam kalinya dilakukan sejak 2006. Korut dapat mengklaim kesuksesan besar karena kali ini persenjataan nuklir mereka berkembang dan memiliki kemampuan dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya.

Bom hidrogen diketahui lebih berbahaya dibandingkan bom atom atau alat ledak serta jenis lainnya dari senjata nuklir. Benda ini memiliki perbedaan dengan bom atom, yang selama ini dikenal sebagai salah satu senjata paling mematikan di dunia dan dijatuhkan pertama kali saat Perang Dunia II di Hiroshima dan Nagasaki. 

Bom yang juga dikenal dengan sebutan bom termonuklir serta bom H itu menggunakan tahap kedua reaksi. Apa yang dimaksud dengan hal ini adalah dapat memperbesar kekuatan ledakan atom. 

Tahap kedua reaksi tersebut juga dikenal sebagai fusi. Bom menumbuk atom hidrogen bersama dalam satu proses untuk menyulut sinar matahari. Ketika atom yang memiliki massa lebih ringan bergabung, benda itu melepaskan neutron dalam gelombang energi destruktif. 

Senjata ini menggunakan ledakan fisi nuklir awal menciptakan pergerakan untuk menempatkan sejumlah kecil deuterium dan tritium, yang juga merupakan jenis dari hidrogen di dekat jantung bom. Nantinya, kawanan neutron terlepas dan dapat meningkatkan reaksi rantai peledak dari lapisan uraniur yang melilitnya. Dengan demikian, ledakan yang dihasilkan akan jauh lebih besar. 

Amerika Serikat (AS) tercatat pernah menguji coba bom hidrogen pada 1954. Hasilnya adalah, alat peledak ini memiliki kekuatan 1.000 kali lipat dibandingkan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. 

Selama ini, Korut mengatakan, pengembangan program nuklir merupakan alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korsel dan Jepang terus merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan rudal dan senjata berbahaya lainnya.

Meski resolusi terbaru dari PBB telah dikeluarkan, Korut menegaskan, pihaknya akan terus mengembangkan program nuklir. Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu juga tidak khawatir dengan adanya alat pencegah senjata nuklir yang dimiliki AS dan bertujuan mengancam mereka. Termasuk dengan rencana untuk meluncurkan rudal ke wilayah Guam pada Agustus lalu.

AS kali ini memperingatkan, ancaman Korut bukan tidak mungkin lagi dibalas dengan tindakan militer besar-besaran. Negara adidaya itu menekankan, memiliki kemampuan tinggi untuk melindungi kedaulatan mereka serta sekutu. Bahkan, tidak menutup kemungkinan untuk juga menggunakan senjata nuklir guna menghancurkan Pyongyang.

sumber : the new york times
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement