REPUBLIKA.CO.ID, XIAMEN -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik pemberian sanksi yang lebih berat kepada Korea Utara. Putin mengatakan, Selasa (5/9), memberikan sanksi lebih berat kepada Korea Utara tidak akan mengubah kepemimpinan di Pyongyang, namun dapat menyebabkan penderitaan kemanusiaan berskala besar.
Putin, yang berbicara setelah pertemuan puncak BRIC di Cina, juga memperingatkan agar AS dan sekutunya tidak melakukan lebih banyak lagi aksi militer di sekitar Korea Utara. Menurutnya, aksi militer ini hanya dapat menyebabkan malapetaka global.
"Jelas dalam situasi saat ini, setiap langkah kikuk bisa menyebabkan ledakan, ledakan politik, ledakan militer dan tidak hanya untuk ledakan uji coba nuklir," kata Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov kepada wartawan di sebuah puncak kelompok BRICS.
Ryabkov mengatakan seharusnya tidak ada ruang untuk eskalasi. Pihak yang lebih cerdas dan lebih kuat harus menahan diri. Ryabkov menyayangkan sanksi yang diberikan Washington kepada Pyongyang. Ia mengatakan tidak ada negara yang berhak mengambil tindakan sepihak.
Menurutnya, sanksi yang sebelumnya diberlakukan kepada Korea Utara sudah mencapai batas dampaknya. Sanksi yang baru hanya bisa merusak ekonomi Korea Utara namun tidak merusak kemampuan militernya.
Cina juga mengecam ancaman Presiden Donald Trump yang akan menghentikan perdagangan AS dengan negara-negara yang berhubungan dengan Korea Utara dan menolak tekanan untuk berbuat lebih banyak untuk menghentikan pembangunan nuklir Korea Utara.
Juru bicara kementerian luar negeri Cina, Geng Shuang, mengkritik sikap Trump karena tidak adil terhadap Beijing.
"Apa yang pasti tidak dapat diterima oleh kita adalah bahwa di satu sisi kita bekerja keras untuk mengatasi masalah ini dengan damai dan di sisi lain kepentingan kita dikenai sanksi dan terancam. Ini tidak adil," kata Geng. Jika sanksi ini diberlakukan, maka akan memiliki dampak besar ke Cina.
Rusia dan CIina termasuk di antara beberapa negara yang memiliki hubungan ekonomi dengan Korut. Mereka berulang kali meminta kesabaran dalam menyelesaikan krisis yang ada. Keduanya berbagi keprihatinan tentang penyebaran THAAD.