Rabu 06 Sep 2017 17:47 WIB

Korsel Minta Rusia Potong Pasokan Minyak untuk Korut

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Vladivostok, Rusia, Rabu (6/9). Dalam pertemuan tersebut, Moon meminta Putin berperan dalam menekan Korea Utara (Korut) agar menghentikan program nuklirnya, yakni dengan cara memotong pasokan minyak mentah ke Pyongyang.

“Presiden meminta Rusia membantu, mencatat bahwa penting untuk setidaknya memotong pasokan minyak ke Korut saat ini,” ungkap juru bicara Moon Jae-in, Yoon Young-chan, seperti dikutip laman Washington Post.

Permintaan ini diajukan karena Korsel telah melihat adanya tanda dan indikasi bahwa Korut akan kembali menguji rudalnya. Mereka memprediksi uji coba rudal tersebut akan dilakukan pada akhir pekan ini.

Namun permintaan Moon tersebut dipenuhi oleh Putin. “Saya khawatir pemotongan pasokan minyak ke Korut dapat menyebabkan kerusakan pada orang-orang di rumah sakit atau warga sipil lainnya,” ujar Putin.

Putin telah berulang kali menyatakan bahwa krisis nuklir Korut tak dapat diselesaikan hanya dengan sanksi dan tekanan. “Kita tidak bisa menyelesaikan situasi ini tanpa alat diplomatik, tanpa pembicaraan. Ini akan sangat sulit, bahkan sebenarnya tidak mungkin,” ucapnya menerangkan.

Pada Ahad (3/9), Korut telah melakukan uji coba bom hidrogen yang nantinya akan dipasang di rudal balistik antarbenua miliknya. Pengujian bom tersebut sempat menyebabkan guncangan serupa gempa berkekuatan 6,7 skala richter.

Pascauji coba bom hidrogen itu, Moon Jae-in dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk mengambil langkah tegas merespons tindakan Korut tersebut.

"Presiden Moon dan Perdana Menteri Abe sepakat untuk melakukan tindakan terberat yang mungkin dilakukan terhadap Korut pada tingkat yang sama sekali berbeda dalam menanggapi uji coba nuklirnya yang terakhir yang dianggap paling kuat hingga saat ini," ungkap staf kepresidenan Korsel Cheong Wa Dae sehari setelah Korut menguji bom hidrogennya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement