Jumat 15 Sep 2017 09:31 WIB

Korut Kembali Tembakkan Rudal Balistik ke Utara Jepang

Rep: Puti Almas/ Red: Bilal Ramadhan
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.
Foto: EPA / KCNA
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemerintah Korea Utara (Korut) menembakkan rudal balistik ke wilayah utara Jepang, Jumat (15/9). Peluncuran salah satu program nuklir negara itu kembali dilakukan di Ibu Kota Pyongnya, tepatnya pada pukul 07.00 waktu setempat, seperti dikutip BBC, Jumat (15/9).

Sejumlah pejabat dari Korea Selatan (Korsel) dan Jepang mengatakan rudal Korut kali ini mencapai ketinggian sekitar 770 kilometer atau 478 mil. Jarak yang ditempuh adalah sekitar 3.700 kilometer.

Rudal ini terbang di atas Hokkaido, Jepang, sebelum akhirnya mendarat di Samudera Pasifik. Hanya kurang dari satu bulan sebelumnya, Korut juga menembakkan rudal ke sekitar wilayah kepulauan Negeri Matahari Terbit dan dinilai sebagai ancaman lebih serius dan membahayakan.

Uji coba rudal yang sebelumnya dilakukan Korut pada 28 Agustus lalu memiliki jarak jangkauan hingga 2.700 kilometer. Dengan demikian, peluncuran senjata itu kali ini jauh lebih tinggi dan jauh.

Meski demikian, Komando Pasifik AS mengatakan indikasi awal uji coba rudal terbaru Korut ini memiliki jenis peluru kendali balistik jarak menengah (IRBM). Sejumlah pengamat juga melihat bahwa jarak terbang rudal masih terlalu jauh untuk mencapai Guam, salah satu wilayah Negeri Paman Sam yang berjarak sekitar 3.400 meter dari Pyongyang.

Uji coba rudal terbaru Korut terjadi hanya beberapa hari setelah negara itu mendapatkan sanksi lebih keras dari Dewan Keamanan PBB. Sejumlah ketentuan baru yang berlaku dianggap dapat semakin menekan perekonomian Korut, diantaranya dengan mengurangi impor minyak dan larangan ekspor tekstil.

Korut telah berulang kali memicu kemarahan internasional atas serangkaian uji coba rudal dan perangkat nuklir yang dilakukan. Sebelumnya, pada 3 September negara yang dipimpin Kim Jong-un itu juga melakukan tes terbaru dari bom hidrogen yang disebut dirancang untuk ditempatkan di dalam Peluru Kendali Balistik Antar Benua (ICBM).

Selama ini, Korut mengatakan pengembangan program nuklir merupakan alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korsel dan Jepang terus merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan rudal dan senjata berbahaya lainnya.

Dewan Keamanan PBB telah memberikan sanksi terhadap negara itu yang pertama kali dilakukan pada 2006. Kemudian,dewan juga mengeluarkan sebuah resolusi untuk memberlakukan sanksi ekonomi pada 5 Agustus yang membuat pendapatan ekpor yang dimiliki negara terisolasi itu dapat berkurang hingga 3 miliar dolar AS.

Meski seluruh resolusi sanksi PBB hingga yang terbaru saat ini telah dikeluarkan, Korut menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengembangkan program nuklir. Pada Kamis (14/9), negara itu juga mengancam akan menenggelamkan Jepang serta membuat AS menjadi abu sebagai pembalasan sanksi yang diberikan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement