REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengonfirmasi kematian Mahmud Ahmad, teroris paling dicari asal Malaysia. Pria yang diduga menjabat sebagai pemimpin jaringan teroris ISIS di Asia Tenggara ini dilaporkan tewas di tangan militer Filipina.
"Ada tiga: Hapilon, Omar, dan satu lagi, saya pikir dia orang Malaysia. Dia tewas siang ini dan mengakhiri cerita teror di sini," ujar Duterte di Manila, Kamis (19/10), dikutip The Philippine Daily Inquirer. Inquirer mengonfirmasi, Duterte mengacu pada Mahmud.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina Restituto Padilla juga mengonfirmasi kematian Mahmud setelah pengumuman yang disampaikan Duterte. Militer Filipina mengatakan ada kemungkinan Mahmud termasuk di antara 20 loyalis ISIS yang tewas dalam pertempuran terakhir di Marawi.
"Tapi kami baru akan memastikan setelah kami memiliki kecocokan dengan sampel DNA dan catatan gigi," kata Kolonel Romeo Brawner, wakil komandan gugus tugas militer Filipina.
Mahmud, seorang mantan dosen universitas berusia 39 tahun, diyakini memiliki peran penting untuk menyalurkan dana dari ISIS ke Marawi. Ia membantu militan lokal untuk bertahan dalam pertempuran di Marawi yang telah berlangsung selama 150 hari dan menewaskan lebih dari 1.000 orang, yang kebanyakan pemberontak.
Pasukan Filipina pada Senin (16/10) juga mengonfirmasi telah menewaskan Isnilon Hapilon dan Omarkhayam Maute, salah satu dari dua bersaudara yang memimpin kelompok militan Maute.
Mahmud terlihat dalam sebuah video bersama Hapilon dan Maute bersaudara sedang merencanakan pertempuran di Marawi. Pakar keamanan mengatakan dia sempat belajar di Pakistan dan belajar membuat bom di sebuah kamp Alqaidah di Afghanistan. Dia meninggalkan Malaysia pada 2014.