Kamis 26 Oct 2017 13:18 WIB

Sebagian Besar ISIS Bukan Berasal dari Negara Islam!

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agus Yulianto
Warga Irak merayakan bebasnya Mosul dari cengkeraman ISIS di Lapangan Tahrir di Baghdad, Irak, Ahad, 9 Juli 2017.
Foto: AP Photo/Hadi Mizban
Warga Irak merayakan bebasnya Mosul dari cengkeraman ISIS di Lapangan Tahrir di Baghdad, Irak, Ahad, 9 Juli 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA SERIKAT  -- The Soufan Center mencatat, pemerintah Tunisia telah merevisi jumlah warga Tunisia yang diyakini telah bergabung dengan IS dari 6.000 orang pada 2015, menjadi 2.920 orang pada 2017. Perubahan itu mengartikan, saat ini Rusia adalah 'sarang' utama pejuang asing ISIS terbesar.

Sedikitnya 5.600 pejuang asing yang tergabung dalam ISIS telah kembali ke negara asal mereka, setelah kehilangan wilayah mereka di Irak dan Syria. The Soufan Center mencatat negara-negara asal mereka, sebagian besar bukanlah negara Islam.

Salah satunya adalah negara Inggris. Kepala Dinas Keamanan Inggris MI5 mengatakan, pekan lalu kurang dari 800 warga Inggris yang bergabung dengan IS, telah kembali ke Inggris dan setidaknya 130 orang terbunuh.

"Mereka yang masih berada di Syria dan Irak mungkin belum berani untuk kembali sekarang, karena mereka tahu mereka akan ditangkap," kata Andrew Parker kepada BBC.com, Rabu (25/10).

The Soufan Center, sebuah kelompok pemikir di Amerika Serikat, mengatakan, 33 negara melaporkan kedatangan pejuang asing ISIS dalam dua tahun terakhir. Angka yang dilaporkan, mencakup setengah dari sekitar 850 orang yang meninggalkan Inggris.

Laporan tersebut mengatakan, bahwa pejuang asing IS yang kembali ke negara masing-masing itu -yang sebagian besar dipenjara atau hilang tanpa jejak- justru akan membuat sistem keamanan negara mereka berasal, semakin diperketat.

Mengutip angka yang diberikan oleh pihak berwenang di 33 negara, The Soufan Center mengatakan, setidaknya 5.600 pejuang asing IS sekarang diyakini telah kembali ke negara asal mereka itu. Mereka, 5.600 pejuang asing ISIS itu mencakup, 400 dari 3.417 pejuang asing dari Rusia, lalu 760 dari 3.244 pejuang asing dari Arab Saudi, lalu 800 dari 2.926 pejuang asing dari Tunisia, dan 271 dari 1.910 pejuang asing dari Perancis.

Belum lagi mereka yang tidak diketahui jumlahnya dari negara lain, ini merupakan tantangan besar bagi entitas keamanan dan penegakkan hukum. "Meskipun masih ada ketidaksepakatan mengenai ancaman yang akan timbul dengan sekembalinya para pejuang asing ISIS ke negara asal mereka, atau ke negara lain yang mereka lewati. Karena tidak dapat dipungkiri, beberapa dari mereka pasti masih memegang prinsip 'jihad' yang kejam," kata The Soufan Center.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement