REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Raja Bahrain Hamad bin Isa al-Khalifa mengatakan, negaranya tak akan berpartisipasi dalam pertemuan apapun yang dihadiri Qatar. Kecuali Qatar mau mengubah pendekatannya untuk menyelesaikan krisis Teluk.
Hal tersebut disampaikan al-Khalifa ketika menggelar pertemuan Dewan Menteri Bahrain di Istana Qudabiya Manama, Senin (30/10). "Qatar telah menunjukkan bahwa pihaknya tidak menghormati piagam pendiri Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dan terus menerapkan kebijakan yang mengancam negara anggota GCC," ujar al-Khalifa seperti dikutip laman Anadolu Agency.
Bahrain, kata al-Khalifa menambahkan, tak akan menghadiri pertemuan puncak GCC atau pertemuan lainnya yang dihadiri Qatar sebelum negara tersebut menunjukkan perubahan pendekatan.
"Yakni kembali ke akal sehat dan merespons tuntutan negara-negara yang telah menderita (dari kebijakannya)," katanya menegaskan.
Pada 5 Juni lalu, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memblokade seluruh akses dari dan menuju negara tersebut. Hal itu dilakukan karena keempat negara menuduh Qatar menjadi pendukung dan penyokong kelompok ekstremis dan teroris di Teluk. Tuduhan tersebut segera dibantah oleh Doha.
Belakangan negara-negara Teluk mengajukan 13 tuntutan kepada Qatar. Tuntutan tersebut harus dipenuhi bila Qatar ingin terbebas dari blokade dan embargo. Namun Qatar telah menyatakan bahwa poin-poin dalam tuntutan tersebut tidak realistis dan mustahil dipenuhi.
Adapun tuntutan tersebut antara lain meminta Qatar memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menghentikan pendanaan terhadap kelompok teroris, dan menutup media penyiaran Aljazirah.