Rabu 01 Nov 2017 10:21 WIB

AS Diam-Diam Lakukan Diplomasi Langsung dengan Korut

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) secara diam-diam melakukan diplomasi langsung dengan Korea Utara (Korut). Hal tersebut bertentangan dengan pernyataan publik Presiden AS Donald Trump yang mengatakan perundingan dengan Korut hanya akan membuang waktu.

"Upaya itu sama sekali tidak terbatas, baik frekuensi maupun substansi," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS yang tidak menyebutkan namanya.

Dengan menggunakan "saluran New York," juru runding AS dengan Korut, Joseph Yun, telah melakukan kontak dengan para diplomat dalam misi PBB di Pyongyang. Hal ini dilakukan saat Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un bertukar retorika keras yang memicu kekhawatiran akan timbulnya konflik militer.

Poin utama yang telah diajukan Yun kepada rekan-rekannya di Korut adalah berhenti menguji bom nuklir dan rudal. Pada awal kepresidenan Trump, Yun hanya memberikan pengajuan terbatas untuk mencari pembebasan tahanan AS di Korut. "Ini adalah mandat yang lebih luas daripada sebelumnya," kata pejabat Departemen Luar Negeri tersebut.

Saluran New York adalah satu dari sedikit saluran yang dimiliki AS untuk berkomunikasi dengan Korut. Kontak tingkat tinggi terakhir antara Yun dan Korut adalah ketika dia melakukan perjalanan ke Korut pada Juni lalu untuk menjamin pembebasan Otto Warmbier, mahasiswa AS yang tewas setelah ditahan oleh Korut.

Pemerintahan Trump menuntut Korut untuk membebaskan tiga warga AS lainnya, yaitu misionaris Kim Dong Chul dan akademisi Tony Kim dan Kim Hak Song. Kematian Warmbier adalah faktor utama yang membuka kontak antara AS-Korut, yang semakin ditingkatkan setelah uji coba nuklir dan rudal dilakukan Pyongyang.

Seorang pembelot Korut, Thae Yong Ho, mengatakan dia mendukung kebijakan Trump untuk menekan Pyongyang melalui sanksi. "Saya sangat percaya pada penggunaan soft power sebelum melakukan tindakan militer," ujar Thae Yong Ho, yang menjabat sebagai kepala misi di kedutaan Pyongyang di London sampai dia membelot pada 2016.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement