REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Penyelidikan perkara korupsi melibatkan keluarga raja Arab Saudi, menteri dan pengusaha terus meluas setelah pendiri perusahaan perjalanan wisata di negara tersebut dikabarkan ditangkap.
Akibatnya, saham perusahaan Al Tayyar Travel itu jatuh 10 persen hanya dalam beberapa menit setelah sejumlah media melaporkan penangkapan Nasser bin Aqeel al-Tayyar.
Perusahaan itu belum memberi keterangan. Namun, media berjaringan SABQ, yang berhubungan dekat dengan pemerintahan, melaporkan Tayyar ditangkap dalam penyelidikan oleh badan pemberantasan korupsi yang dikepalai Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman.
Puluhan orang ditangkap dalam gerakan semakin menggalang kekuasaan ke tangan putra mahkota tersebut. Pangeran kaya, Alwaleed bin Talal yang juga pemodal paling dikenal dunia dari Arab Saudi juga menjadi korban.
Halaman depan Okaz, surat kabar ternama di negara tersebut, pada Senin (6/11) menantang para pengusaha mengungkap aset-aset mereka. mereka menulis berita dengan judul "Dari mana kalian mendapatkan harta ini?" lengkap dengan warna merah pada hurufnya.
Sementara itu, surat kabar lain, Al-Asharq Al-Awsat melaporkan pemberlakuan larangan terbang. Pemerintah juga dikabarkan meminta pasukan keamanan melarang semua pemilik jet pribadi lepas landas tanpa izin.
Di antara yang ditahan terdapat 11 pangeran, empat menteri, dan belasan mantan menteri, kata sejumlah pejabat kerajaan. Tudingan terhadap para pejabat itu di antaranya adalah pencucian uang, suap, pemerasan terhadap pejabat publik, serta memanfaatkan jabatan untuk keuntungan pribadi.
Pada Sabtu, Kerajaan menyatakan penangkapan ini merupakan respons terhadap "eksploitasi oleh sejumlah manusia lemah iman yang menempatkan kepentingan pribadi mereka di atas kepentingan publik untuk mendapatkan uang".
Sejumlah pengamat mengatakan penangkapan itu merupakan langkah antisipasi dari putra mahkota untuk membungkam perlawanan dari para tokoh berpengaruh, terutama menjelang kebijakan radikal yang akan mengubah perekonomian pengekspor minyak terbesar dunia tersebut.
Sepanjang tahun lalu, Pangeran Mohammad telah menjadi penentu utama kebijakan untuk urusan militer, ekonomi, dan sosial, yang memicu keresahan di kalangan keluarga kerajaan yang merasa dilangkahi. Di Arab Saudi, batasan antara uang pribadi keluarga kerajaan dengan dana publik tidak selalu jelas.
Beberapa dokumen bocoran Wikileaks menunjukkan adanya pengeluaran pribadi yang sangat besar dari para pangeran. Mereka menggunakan tunjangan keluarga kerjaan untuk membiayai gaya hidup mereka yang mewah.
Banyak warga Saudi yang mendukung penangkapan para menteri dan pangeran itu, terutama sebagai bagian dari reformasi yang diperlukan untuk memodernisasi ekonomi. Pada September, Raja Salman mencabut larangan bagi wanita untuk mengendarai mobil. Ia juga mengurangi belanja negara di beberapa bidang serta merencanakan penjualan harta negara sebesar 300 miliar dolar AS.
Pangeran Saudi yang Ditahan Pernah Dijamu Jokowi di Istana Bogor