REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Hotel bintang lima Ritz-Carlton ditunjuk menjadi penjara bagi tersangka korupsi di Arab Saudi. Lebih dari 30 pejabat senior bersama keluarga mereka memadati hotel elite tersebut.
Seperti diwartakan The Guardian, Selasa (7/11) kedatangan puluhan tamu elite itu terpaksa menggusur tamu yang lebih dulu mengisi kamar-kamar hotel. Di antara tamu yang digusur terdapat para pebisnis, konsultan, turis dan tamu-tamu lainnya.
Tanpa pandang bulu mereka dipaksa keluar sejak Sabtu (4/11) malam waktu setempat dan dipindahkan ke hotel di sekitar ibukota. Bersamaan dengan itu, pejabat senior mempersiapkan kedatangan para tersangka korupsi di Arab Saudi.
Sejak Ahad (5/11) waktu setempat para tersangka, termasuk miliuner Alwaleed bin Talal serta para pangeran dan anggota kerajaan lainnya mulai memasuki masa tahanan. Mereka digiring masuk oleh otoritas Arab Saudi.
Kasus korupsi di Arab Saudi itu tentu menyita perhatian publik, begitu juga dengan tempat mereka dikurung. Tersangka kasus korupsi itu tidak ditematkan di sel yang sama dengan para kriminal lainnya.
Mereka agaknya menjadi tahanan dengan profil tertinggi dalam sejarah kerajaan Arab. Dan tentu menjadi yang paling diistimewakan oleh pemerintah.
Seperti diketahui, komite anti-korupsi baru yang diketuai oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah menahan 11 pangeran, empat menteri yang masih menjabat dan puluhan mantan menteri.
Komite ini telah diberi wewenang luas untuk menyelidiki kasus korupsi, mengeluarkan surat perintah penangkapan dan pembatasan perjalanan, serta membekukan aset.
Kendati, tindakan yang diambil Putra Mahkota bukan berarti tidak beresiko. Secara historis kesukuan, menghina kepala keluarga, sosok senior memiliki resiko tersendiri. Kerajaan modern saat ini merupakan aliansi konsensus antara berbagai cabang kerajaan-kerajaan yang kerap bersaing.
Merendahkan seseorang dengan memasukkannya ke dalam sel penjara, adalah sebuah langkah yang akan memeberikan dampak jauh lebih luas dan berimplikasi secara kesukuan. Setiap penghinaan, yang dirasakan atau sebaliknya, dapat mematahkan ikatan tersebut.
"Dia tidak bisa memasukan mereka ke penjara dan dia tahu itu. Jadi ini merupakan solusi paling bermartabat yang bisa dia temukan," kata salah seorang pejabar senior Arab Saudi.