Selasa 07 Nov 2017 13:50 WIB

Milisi Malaysia Didaulat Jadi Pemimpin ISIS Asia Tenggara

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan pemerintah Filipina di Kota Marawi, Filipina, Selasa, 30 Mei 2017. Sepekan terakhir tentara terlibat pertempuran dengan kelompok ISIS.
Foto: AP Photo/Bullit Marquez
Pasukan pemerintah Filipina di Kota Marawi, Filipina, Selasa, 30 Mei 2017. Sepekan terakhir tentara terlibat pertempuran dengan kelompok ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, ZAMBOANGA CITY -- Militan yang dikenal sebagai pakar pembuat bom asal Malaysia, Amin Baco, didaulat sebagai pemimpin baru kelompok ISIS di Asia Tenggara. Informasi ini disampaikan langsung oleh Kepala Polisi Filipina, Direktur Jenderal Ronald Dela Rosa, Senin (5/11).

"Dia menggantikan posisi Isnilon Hapilon sebagai emir ISIS di Asia Tenggara," ujar Dela Rosa, dalam konferensi pers penangkapan milisi asal Indonesia, Muhammad Ilham Syahputra, di Camp Crame, Manila, dikutip Anadolu.

 

Ilham ditangkap saat mencoba melarikan diri dari Marawi pekan lalu. Ia mengaku tiba di Filipina pada November tahun lalu atas undangan Hapilon. Dia juga mengatakan, dia telah bertempur di bawah kelompok teror Maute dan sekitar 39 militan masih berada di dalam zona pertempuran di Marawi.

 

Wakil Direktur Jenderal Fernando Mendez Jr menekankan Baco adalah salah satu teroris asing terlama yang tinggal di Filipina. Mendez juga mengungkapkan, Baco dilatih oleh rekannya ahli bom dari Malaysia, yaitu Zulkifli bin Hir yang juga dikenal sebagai Marwan.

 

Marwan ditangkap oleh pasukan komando polisi dalam operasi anti-teroris di Kota Mamasapano, Provinsi Maguindanao di Filipina Selatan pada Januari 2015. Dalam operasi itu 44 polisi dilaporkan tewas.

 

Baco telah masuk dalam daftar teroris paling dicari oleh pemerintah AS dan Filipina karena tuduhan penculikan dan pemboman. Baco terpilih sebagai pemimpin tiga pekan setelah mantan pemimpin ISIS Asia Tenggara, Hapilon terbunuh di Marawi.

 

Dua pekan lalu, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menyatakan penghentian operasi tempur di kota tersebut. Namun pada Ahad (5/11), militer Filipina mengatakan masih memantau secara ketat area pertempuran itu, meski militan yang tersisa tidak lagi menjadi ancaman serius.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement