Senin 13 Nov 2017 09:09 WIB

Lebanon Minta Jawaban Saudi Soal Status Hariri

Rep: Rizkyan Adiyudha, Marniati/ Red: Elba Damhuri
Poster mantan perdana menteri Lebanon Saad Al-Hariri.
Foto: Reuters
Poster mantan perdana menteri Lebanon Saad Al-Hariri.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Presiden Lebanon Michel Aoun meminta jawaban Arab Saudi terkait status mantan perdana menteri Lebanon Saad Hariri. Lebanon menuduh Hariri dijadikan tahanan rumah di Riyadh, Arab Saudi, dan dipaksa melakukan penawaran.

"Ketidakjelasan seputar kondisi perdana menteri Saad Hariri sejak pengunduran dirinya sepekan lalu menunjukkan keputusan yang dia ambil saat itu tidak mencerminkan kebenaran," kata Michel Aoun seperti diwartakan BBC, Ahad (12/11).

Michel Aoun hingga saat ini masih belum menerima pengunduran diri yang dilakukan Saad Hariri. Dia menuntut penjelasan secara perinci terkait mundurnya Hariri.

Saad Hariri mengundurkan diri pada Sabtu (4/11) lalu, saat berkunjung ke Arab Saudi. Sejak saat itu Hariri belum lagi muncul ke publik.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menuding Arab Saudi menahan Saad Hariri karena melawan keinginan mereka. Nasrallah mengatakan, Arab Saudi mencoba untuk memprovokasi pertempuran di antara orang Lebanon.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson memperingatkan agar Hizbullah dan Arab Saudi tidak menggunakan Lebanon sebagai medan konflik proxy. Tillerson mendesak semua pihak baik di Lebanon maupun di luar negeri untuk menghormati integritas dan independensi Pemerintah Lebanon yang sah.

"Amerika Serikat mendukung stabilitas Lebanon dan menentang tindakan yang dapat mengancam stabilitas tersebut," kata Rex Tillerson.

Konflik antara Saudi dan Lebanon juga menjadi perhatian Presiden Prancis Emmanuel Macron. Dia menekankan pentingnya stabilitas di Lebanon kepada Pemerintah Arab Saudi. Prancis memiliki hubungan erat dengan Lebanon. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mencemaskan konflik yang terjadi di Lebanon akan memiliki dampak yang signifikan.

Sementara, Pemerintah Arab Saudi telah memerintahkan warganya untuk segera meninggalkan Lebanon. Hal itu dilakukan usai melihat situasi terkini konflik kedua negara tersebut.

"Kerajaan meminta warganya yang berkunjung atau tinggal di sana untuk segera pergi," ujar seorang sumber di Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Tidak lama setelah itu, Kuwait, Bahrain, dan Uni Emirat Arab juga mengeluarkan perintah serupa. Ketiganya merupakan sekutu Arab Saudi.  Ketegangan antara Arab Saudi dan Lebanon terjadi usai pengunduran Saad Hariri.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement