Senin 20 Nov 2017 09:52 WIB

Nama Migran yang Tewas dalam Perjalanan ke Eropa Diungkap

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi Libya di atas perahu yang menyeberangi Laut Mediterania
Foto: Aljazeera
Pengungsi Libya di atas perahu yang menyeberangi Laut Mediterania

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Surat kabar Jerman Der Tagesspiegel menerbitkan nama 33.293 pengungsi dan migran yang tewas dalam perjalanan menuju Eropa. Surat kabar ini mengungkap nama, usia, dan negara asal korban, serta penyebab dan tanggal kematiannya, di lebih dari 46 halaman.

Salah satu korban adalah seorang anak laki-laki berusia 15 tahun yang tenggelam pada 15 November 2016. Perahu karet yang ia tumpangi bersama 23 orang lainnya tenggelam saat sedang mencoba melakukan perjalanan dari Libya ke Eropa.

Korban lainnya bernama Talat Abdulhamid (36 tahun) asal Irak, yang tewas membeku pada 6 Januari. Saat itu ia berjalan selama 48 jam melalui pegunungan di perbatasan Turki-Bulgaria.

Korban terbawah di daftar Der Tagesspiegel bertanggal 29 Mei 2017 menunjukkan dua orang tak dikenal, salah satunya adalah anak kecil. "Dua mayat ditemukan, 28 hilang, tenggelam atau terinjak-injak dalam keadaan panik saat kapal mereka tenggelam dari Libya," tulis surat kabar itu.

Surat kabar tersebut mengatakan mereka ingin mendokumentasikan para pencari suaka, pengungsi, dan migran yang tewas sejak 1993. Kematian mereka dianggap sebagai konsekuensi dari kebijakan pembatasan di perbatasan luar atau dalam benua Eropa.

Sebagian besar migran yang ada di daftar surat kabar itu tewas karena tenggelam di Laut Mediterania. Tahun lalu adalah tahun yang paling mematikan bagi para migran yang berusaha menyeberangi Laut Tengah.

Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM), sedikitnya 5.079 orang meninggal dan hilang dalam perjalanan di 2016. Tindakan keras di jalur Balkan Barat dan kesepakatan Uni Eropa-Turki telah memaksa para migran untuk memilih rute yang lebih berbahaya ke Eropa.

"Meski jumlah keseluruhan migran yang mencoba menyeberangi Laut Tengah melalui rute timur telah berkurang secara signifikan pada 2016 di bawah kesepakatan Uni Eropa-Turki, tingkat kematian justru meningkat menjadi 2,1 per 100 pada 2017," kata IOM dalam sebuah laporan, dikutip The Independent.

"Kenaikan ini disebabkan karena proporsi yang lebih besar dari para migran yang mengambil rute yang lebih berbahaya, dengan melintasi Mediterania tengah, sehingga 1 dari 49 migran meninggal di rute ini pada 2016," tambah IOM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement