REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Kru pesawat maskapai penerbangan Cathay Pacific yang sedang melakukan perjalanan dari San Francisco ke Hong Kong mengaku telah melihat rudal balistik antarbenua (ICBM) milik Korea Utara (Korut), pada Rabu (29/12). Saat itu rudal baru saja kembali memasuki bumi, setelah sebelumnya meluncur ke luar atmosfer.
Dalam sebuah pernyataan, Cathay Pacific mengatakan mereka telah berhubungan dengan otoritas, badan industri, dan maskapai lainnya yang relevan mengenai apa yang kru lihat. Namun saat ini Cathay tidak memiliki rencana untuk mengubah rute penerbangan.
"Meski penerbangannya jauh dari lokasi rudal, awak kapal segera melapor ke ATC (Air Traffic Control) Jepang sesuai prosedur. Operasi tetap normal dan tidak terpengaruh. Kami tetap waspada dan meninjau kembali situasi saat ini," ujar pernyataan resmi dari Cathay, dikutip CNN.
Pesawat Cathay dengan nomor penerbangan 893 itu mengaku tidak memiliki gambar atau video dari kejadian tersebut. Maskapai ini tidak menanggapi saat ditanya oleh CNN apakah mereka merekam dan menyimpan video terkait rudal tersebut.
Banyak penerbangan internasional biasanya memiliki kamera yang dipasang di bawah badan pesawat. Dengan demikian penumpang dapat melihat langsung pemandangan dari tempat duduk mereka.
Ini bukan kali pertama di tahun ini rudal Korut meluncur dekat dengan pesawat berpenumpang. Pada 28 Juli, sebuah penerbangan dari maskapai Air France terbang tepat di sebelah timur lokasi uji coba rudal Korut.
Pesawat ini melintas kira-kira lima sampai 10 menit sebelum rudal tersebut menabrak air. Pada saat terjatuh, penerbangan Air France itu berjarak sekitar 95 sampai 112 km dari rudal.
Saat itu, juru bicara Departemen Pertahanan AS Jeff Davis memperingatkan, rudal balistik antarbenua Korut yang diuji pada Juli lalu telah terbang melalui wilayah udara yang sibuk dan banyak digunakan oleh pesawat komersial.
Korea Selatan (Korsel) mengatakan tetangganya, Korut, selalu gagal memberikan pemberitahuan kepada awak pesawat (NOTAM) saat melakukan peluncuran rudal. Pemberitahuan tersebut dikeluarkan untuk memperingatkan pilot dan maskapai penerbangan mengenai risiko potensial selama penerbangan mereka.