REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ketegangan hubungan diplomatik Australia dan Cina kembali terjadi, setelah Beijing mengeluarkan protes secara resmi atas ucapan serangan yang dilakukan salah satu menteri Australia soal program bantuan Cina di kepulauan Pasifik.
Pada Rabu (10/01), Menteri Pembangunan Internasional Concetta Fierravanti-Wells mencibir bantuan Cina di Pasifik yang jumlahnya terus meningkat, dengan menuduhnya mendanai jalan-jalan yang tak jelas dan bangunan yang tidak berguna.
Pejabat Australia sudah memantau langkah Cina di wilayah Pasifik secara seksama, dan mengatakan Cina telah memberikan pinjaman lunak dan bantuan untuk meningkatkan pengaruhnya di Pasifik. Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang menyebut komentar Menteri Australia tersebut tidak lain hanyalah ucapan tak bertanggung jawab dan menunjukkan Australia kurang memperhatikan fakta-fakta.
"Bantuan yang diberikan oleh Cina telah secara signifikan memicu perkembangan ekonomi dan sosial negara-negara ini dan memberikan manfaat nyata kepada masyarakat setempat, yang juga disambut hangat oleh pemerintah dan masyarakatnya. Kami berharap orang-orang tertentu di Australia merefleksikan diri, daripada menyalahkan orang lain dan membuat ucapan tidak bertanggung jawab terhadap negara lain," katanya.
Menteri Kang mengatakan Cina telah mengirimkan perwakilannya kepada Pemerintah Australia mengenai masalah ini. Beberapa analis terkejut Menteri Fierravanti-Wells menggunakan bahasa yang kasar untuk mengkritik Cina. Namun komentarnya mencerminkan adanya kegelisahan di Canberra soal negara-negara Pasifik yang semakin dekat ke Beijing.
Australia mengatakan beberapa negara di kepulauan Pasifik mengambil utang yang tidak terjangkau. Mereka khawatir Beijing menyebarkan pengaruh dengan mendanai proyek-proyek yang secara langsung menyalurkan uang kepada pemimpin politik.
"Kami hanya tidak ingin membangun jalan yang tak ada tujuannya. Kami ingin memastikan infrastruktur yang mereka bangun benar-benar produktif dan benar-benar akan memberikan keuntungan ekonomi atau manfaat kesehatan," ujar Menteri Fierravanti-Wells yang juga Senator di parlemen Australia.
Lembaga riset Lowy Institute memperkirakan Cina telah menyumbangkan lebih dari 2,3 miliar dolar AS, senilai lebih dari Rp 23 triliun kepada Pasifik sejak 2006. Tahun lalu Pemerintahan Koalisi Australia mengatakan akan menghabiskan lebih dari 100 juta dolar AS, senilai lebih dari Rp 1 triliun, untuk membantu negara Papua Nugini menjadi tuan rumah pertemuan APEC karena pemerintah khawatir Cina akan membantu jika Australia tidak melakukannya.
Juru bicara urusan luar negeri dari oposisi Australia, Senator Penny Wong mengatakan pemotongan bantuan yang dilakukan pemerintah Australia telah merusak reputasi Australia di wilayah Pasifik dan Cina masuk untuk mengisi kekurangan tersebut. Ketegangan antara Canberra dan Beijing telah meningkat di beberapa bidang dalam beberapa bulan terakhir.
Di Desember 2017, China mengecam Australia setelah Pemerintah Federal mengumumkan undang-undang baru yang dirancang untuk menindak campur tangan asing.
Anda bisa menonton video penjelasan upaya Cina menghidupkan kembali Jalur Sutra, lewat proyek "One Belt, One Road" lewat tautan berikut.
Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini.