Jumat 19 Jan 2018 04:01 WIB

Komite Arab-Amerika Kecam Pemangkasan Dana untuk UNRWA

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Palestina mengantri pembagian bahan pangan yang didistribusikan oleh badan bantuan PBB, UNRWA bagi pengungsi di Gaza dan Tepi Barat.
Foto: AP
Warga Palestina mengantri pembagian bahan pangan yang didistribusikan oleh badan bantuan PBB, UNRWA bagi pengungsi di Gaza dan Tepi Barat.

REPUBLIKA.CO.ID,   WASHINGTON -- Komite Anti-Diskriminasi Arab-Amerika (ADC) mengecam keputusan Amerika Serikat (AS) memangkas dana bantuan untuk UNRWA sebesar 60 juta dolar. UNRWA adalah badan PBB yang fokus mengurus kebutuhan ratusan ribu pengungsi Palestina di beberapa negara di Timur Tengah.

"Pemangkasan mendadak dalam pendanaan ini telah menciptakan krisis eksistensial bagi UNRWA," kata ADC dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Palestina WAFA, Kamis (18/1).

ADC memahami bahwa keputusan AS memangkas dana bantuan untuk UNRWA adalah agar Palestina bersedia kembali ke meja perundingan damai dengan Israel. Namun, menurut ADC, alasan tersebut jelas tidak dapat dibenarkan. "AS seharusnya tidak menyandera dana kemanusiaan untuk mencapai tujuan politik. Semua bantuan kemanusiaan harus disediakan berdasarkan kebutuhan," kata ADC.

ADC mengatakan selama ini AS memang kerap memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang mengungsi akibat peperangan atau konflik. Dana tersebut diberikan berdasarkan kebutuhan para pengungsi tanpa embel-embel motif politik.

Hal ini seharusnya juga dapat diterapkan kepada UNRWA. "Tidak masalah hubungan bilateral AS dengan Otoritas Palestina, UNRWA seharusnya tidak menjadi (alat) tawar menawar," ujar ADC.

Baca juga,  Mengapa Trump Akui Yerusalem Ibu Kota Israel?

Menurut ADC keputusan AS memangkas dana bantuan untuk UNRWA jelas tidak dibanggakan rakyat Amerika. Sebab AS memprioritaskan tujuan politik dibandingkan kemanusiaan.

Pada Selasa (16/1), AS mengumumkan akan memangkas dana bantuan untuk UNRWA sebesar 60 juta dolar. Keputusan ini dinilai merupakan upaya AS untuk memaksa Palestina kembali ke meja perundingan damai dengan Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement