REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebanyak 13 Ribu pegawai United Nations Relief and Welfare Agency (UNRWA) untuk Palestina melakukan demonstrasi di Jalur Gaza. Aksi mereka lakukan sebagai bentuk protes terhadap pemotongan dana bantuan yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Demonstrasi tersebut membuat operasional sejumlah sekolah, klinik dan pusat distribusi makanan terpaksa dihentikan sementara. Mereka mengaku geram dengan kebijakan Trump yang memutuskan untuk memotong dana bantuan yang diberikan kepada UNWRA.
UNWRA didanai secara sukarela oleh anggota tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) AS sejauh ini memberikan kontribusi terbesar. Dana tersebut kemudian digunakan UNWRA untuk menjalankan operasional 278 sekolah di Jalur Gaza yang dihadiri sekitar 300 ribu murid.
AS diketahui telah memangkas 60 juta dolar dana bantuan yang akan diberikan untuk Pengungsi Palestina melalui UNRWA. Pemotongan ini dianggap merupakan upaya AS untuk menyeret kembali Palestina keperundingan damai dengan Israel.
Baca juga, Uni Eropa Tegaskan Dukungan untuk UNRWA.
Mereka menilai kebijakan Trump itu akan menambah sulit kondisi yang saat ini terjadi di Jalur Gaza. Protes dilakukan dengan melakukan long march menuju markas PBB di Gaza sambil mengibarkan bendera Palestina dan baner bertuliskan 'Martabat tak ternilai harganya'.
Juru Bicara UNRWA Abu Hasna mengatakan, saat ini organisasinya hanya memiliki dana operasional yang cukup selama tiga bulan ke depan. Mensiasati kondisi tersebut, UNRWA kemudian melakukan kampanye penggalangan dana ke dunia internasional untuk merespons pemotongan yang dilakukan Trump.
Ancaman pemotongan dana kembali di lontarkan Presiden Donald Trump saat memberikan pidato pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Dalam kesempatan itu, Trump juga menilai Palestina telah menghina AS dengan menolak kedatangan Wakil Presiden Mike Pence ketika melakukan tur kunjungan ke Timur Tengah pekan lalu.