Jumat 02 Feb 2018 10:04 WIB

Gelombang Demonstrasi Anti-Pemerintah Kembali Melanda Iran

Massa demonstran terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Demonstrasi di Teheran, Iran, 30 Desember 2017.
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Demonstrasi di Teheran, Iran, 30 Desember 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Gelombang demonstrasi anti-pemerintah kembali pecah di sejumlah kota di Iran, Kamis (1/2). Sama seperti demonstrasi beberapa waktu lalu, mereka memprotes dan mengecam pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Menurut jaringan Organisasi Keamanan Rakyat Iran (MEK), seperti dilaporkan laman Al Arabiya, konsentrasi massa terpecah di sejumlah titik, antara lain di Isfahan, alun-alun Enghelab Square, dan Azadi di kota barat Sanandaj. Mereka meneriakkan kematian untuk Khamenei dan diktator.

Bentrokan antara demonstran dan Pasukan Keamanan Negara (SSF) pun tak terelakkan. Di kota Sanandaj, misalnya, SSF mengerahkan mobil meriam air untuk membubarkan para pendemo.

Di Kermanshah, polisi anti-huru-hara, menangkap dan menahan tujuh demonstran yang dianggap sebagai provokator. Namun, massa tak tinggal diam. Mereka menuntut dan memaksa petugas di sana untuk melepaskan kawan-kawannya.

Bentrokan antara pendemo dengan aparat keamanan pun meletus di Tuyserkan provinsi Hamedan, Zarin Shahr di provinsi Isfahan, dan di Rasht. Kendati demikian, belum ada laporan yang menyatakan adanya korban luka atau tewas akibat bentrokan-bentrokan tersebut.

Pada akhir Desember 2017, gelombang demonstrasi melanda hampir seluruh wilayah Iran. Rakyat turun ke jalan untuk menyuarakan kekecewaan dan kemarahannya akibat melonjaknya harga kebutuhan pokok serta dipangkasnya dana tunjangan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Mereka menganggap Khamenei dan Presiden Iran Hassan Rouhani adalah tokoh yang bertanggung jawab atas terjadinya tersebut.

Aksi demonstrasi yang berlangsung selama beberapa hari menyebabkan lebih dari 20 orang tewas. Tak hanya itu, pasukan keamanan Iran pun menangkap dan mehanan lebih dari 400 pendemo yang dianggap provokatif atau pemicu kerusuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement