Selasa 06 Feb 2018 21:14 WIB

Korut dan AS Saling Tuding di Forum PBB

AS sebut Korut mungkin bisa menyerang daratan Amerika.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.
Foto: EPA / KCNA
Uji coba rudal balistik yang dilengkapi dengan sistem panduan presisi, di lokasi yang dirahasiakan di Utara Korea.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Amerika Serikat (AS) mengatakan, Korea Utara (Korut) mungkin bisa menyerang daratan Amerika dalam beberapa bulan lagi dengan rudal balistik berujung nuklir. Sementara  Pyongyang menuduh Washington sedang mempertimbangkan serangan pre-emptive terhadap Korut.

"Jika Anda mengaku menginginkan perdamaian, akhiri uji coba rudal nuklir dan balistik Anda dan hentikan perilaku dan ancaman provokatif Anda," kata Duta Besar Perlucutan Senjata AS Robert Wood.

 

Ketegangan terjadi di antara kedua negara ini dalam Konferensi Perlucutan Senjata yang digagas PBB di Jenewa, pada Selasa (6/2). Konferensi tersebut diselenggarakan beberapa hari setelah Pemerintah AS mengumumkan akan melakukan diversifikasi nuklir.

 

Baca juga, Korut Siap Berperang dengan Amerika Serikat.

 

Korut kemudian menuduh AS berusaha memperparah situasi di semenanjung Korea dengan mengerahkan aset nuklir besar di dekat negaranya.

"Melihat sifat dan skala bala bantuan militer AS, mereka dirancang untuk melakukan serangan pre-emptive terhadap DPRK," kata diplomat Korut Ju Yong-chol, menggunakan nama resmi negaranya, yaitu Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).

"Pejabat AS termasuk menteri pertahanan dan direktur CIA berulang kali berbicara tentang ancaman nuklir dan rudal Korut untuk membenarkan argumen mereka mengenai opsi militer dan konsep baru serangan pre-emptive terbatas terhadap DPRK yang sedang dipertimbangkan dalam pemerintahan AS," papar Ju.

Selain Korut, Wood mengatakan AS juga mewaspadai perkembangan persenjataan nuklir Cina dan Rusia.

"Rusia, Cina, dan Korea Utara (Korut) sedang menambah stok senjata mereka, meningkatkan keunggulan senjata nuklir dalam strategi keamanan mereka, dan, dalam beberapa kasus, mengejar pengembangan kemampuan nuklir baru untuk mengancam negara-negara lainnya," kata Wood.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement