Jumat 09 Feb 2018 23:35 WIB

Kunjungi Cina, Menlu Retno Ingin Perkuat Kerja Sama Ekonomi

Hubungan ekonomi Indonesia-Cina dinilai terus meningkat.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Menlu RI Retno Lestari Marsudi
Foto: VOA
Menlu RI Retno Lestari Marsudi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno LP Marsudi melakukan kunjungan kehormatan ke Cina sebagai bagian dari rangkaian kunjungan kerja bilateral atas undangan Menlu Cina, Wang Yi, pada Jumat (9/2). Dalam kunjungan ini ia bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Cina Liu Keqiang untuk membahas penguatan kerja sama, terutama di bidang ekonomi.

Hubungan RI-Cina terus mengalami peningkatan, khususnya di bidang ekonomi. Namun demikian, kerja sama kedua negara harus selalu saling menguntungkan, ujar Retno dalam pertemuan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) di Beijing, dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id

Menlu Retno mendorong agar Indonesia dan Cina dapat mengatasi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang. Hal ini dinilai penting untuk merealisasikan berbagai kesepakatan kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi, serta infrastruktur, termasuk investasi di empat koridor ekonomi.

Ia juga menyampaikan perlunya upaya untuk mendorong pertumbuhan perdagangan bilateral yang pesat dan berimbang. Retno meminta PM Liu untuk terus mendukung kerja sama investasi kedua negara, termasuk dalam berbagai proyek yang telah disepakati.

Dalam pertemuan ini, PM Liu menegaskan kembali pentingnya hubungan antara Indonesia dan Cina. Ia mengaku gembira menyambut kunjungan Menlu Retno meski saat ini tengah memasuki masa koordinasi internal menjelang perayaan Imlek.

Cina adalah mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan mencapai lebih dari 52 miliar dolar AS dari Januari hingga November 2017. Sementara di bidang investasi, Cina adalah investor asing terbesar ketiga, dengan nilai investasi sebesar 3,4 miliar dolar AS.

Tahun lalu, jumlah wisatawan asing asal Cina yang datang ke Indonesia menempati peringkat pertama, dengan mencapai dua juta orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement