REPUBLIKA.CO.ID, DAPCHI -- Sebanyak 110 siswi sekolah di Nigeria yang diculik militan Boko Haram bulan lalu, berhasil dibebaskan pada Rabu (21/3) pagi. Kabar ini disampaikan langsung oleh Menteri Informasi dan Budaya Nigeria, Alhaji Lai Mohammed.
"Mereka tidak dibuang di satu tempat. Mereka dibuang di jalan dan kembali ke rumah orang tua mereka," kata Mohammed di ibu kota Abuja, seperti dilaporkan laman ABC News.
Kelompok teroris itu menyerbu Kota Dapchi di Negara Bagian Yoda pada 19 Februari lalu dan menculik siswi-siswi itu dari sebuah sekolah asrama perempuan, Government Girls Science Technical College. Juru bicara pemerintah Negara Bagian Yobe, Abdullahi Bego, mengatakan siswi lainnya dan sejumlah guru berhasil melarikan diri dari aksi penculikan itu.
Juru bicara Kementerian Informasi dan Budaya Nigeria, Segun Adeyemi, mengatakan gadis-gadis itu dibebaskan berkat bantuan beberapa rekan dari Nigeria. Mereka berhasil dibebaskan tanpa syarat.
Menurutnya, pendekatan militer dan konfrontasi telah dikesampingkan selama melakukan negosiasi dengan para penculik. Hal ini dilakukan untuk memastikan keselamatan anak-anak perempuan tersebut. "Disepakati, tidak akan ada kekuatan militer dan tidak ada konfrontasi," jelasnya.
Penduduk Dapchi mengatakan mereka kembali merasakan ketakutan saat para militan Boko Haram mendatangi wilayah mereka lagi. Namun kali ini militan-militan itu menurunkan para siswi dari kendaraan dan pergi begitu saja.
"Kami melakukannya atas dasar belas kasihan. Dan jangan pernah lagi memasukkan anak perempuan Anda ke sekolah," kata salah satu militan, menurut kesaksian warga.
Setelah bersatu kembali dengan keluarga mereka di Dapchi, para siswi dibawa ke rumah sakit umum terdekat untuk mendapatkan perawatan medis dan dukungan psikososial. Sebuah sumber di rumah sakit umum Dapchi mengatakan mereka telah menerima dan merawat 103 anak sekolah yang dibebaskan oleh Boko Haram pada Rabu (21/3).
Salah satu siswi yang dibebaskan, Fatsuma Abdullahi, mengatakan lima teman sekelasnya di Government Girls Science Technical College di Dapchi meninggal dunia saat para penculik menggiring mereka ke dalam kendaraan.
"Mereka meninggal ketika kami diseret. Kami dimasukkan ke dalam kendaraan seperti potongan kayu, orang-orang itu kemudian menduduki kami. Kami lalu dibawa ke sebuah tempat persembunyian bawah tanah," jelasnya.
Siswi sekolah lain yang dibebaskan, Khadija Grema, mengatakan salah satu teman sekelasnya tidak ikut dibebaskan karena dia menolak untuk melepaskan keyakinannya dari Kristen untuk masuk Islam. "Kami dibebaskan karena kami adalah gadis Muslim dan mereka tidak ingin kami menderita. Itulah mengapa mereka membebaskan kami," kata Grema.
Boko Haram, yang namanya bermakna "larangan bagi pendidikan Barat" dalam bahasa Hausa, telah secara rutin menargetkan sekolah-sekolah sejak melancarkan pemberontakan di Nigeria Utara pada 2009. Pada April 2014, kelompok ini menculik 276 anak perempuan dari sebuah sekolah asrama di Kota Chibok, di Negara Bagian Borno, sekitar 170 mil dari timur laut Dapchi.
Beberapa gadis berhasil melarikan diri dengan sendirinya. Sementara yang lain kemudian diselamatkan atau dibebaskan setelah proses negosiasi. Namun masih banyak siswi yang nasibnya belum diketahui sampai saat ini.
Boko Haram selama ini tengah berusaha mendirikan sebuah negara Islam. Kelompok ini menyebarkan terornya melintasi perbatasan pegunungan Nigeria selama bertahun-tahun, ke Niger, Chad, dan Kamerun, yang semuanya mengelilingi Lembah Danau Chad.
Pemberontakan kelompok itu sebagian besar dilakukan secara sistematis dengan menculik anak-anak. Menurut laporan yang dikeluarkan pada April 2017 oleh UNICEF, mereka juga memaksa ribuan anak perempuan dan laki-laki untuk masuk ke dalam barisan mereka.