REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Keterbatasan politik Katalunya masih terus berlanjut setelah anggota parlemen sayap ekstrem kiri pro-kemerdekaan menarik dukungan mereka terhadap kandidat presiden regional baru, Jordi Turull (51 tahun).
Turull yang pernah menjabat sebagai mantan juru bicara pemerintah Katalan, gagal meraih suara mayoritas dari 135 kursi parlemen Katalan. Sebanyak 64 anggota parlemen memberikan suara mendukung, 65 anggota menentang, dan empat lainnya abstain.
Partai sayap ekstrem kiri Popular Unity Candidacy (CUP) yang mendukung pemisahan Katalunya dari Spanyol, mengumumkan keempat anggotanya di parlemen akan abstain, sesaat sebelum pemungutan suara dilakukan.
Parlemen akan mengadakan pemungutan suara kedua atas pencalonan Turull dalam 48 jam ke depan. Turull hanya membutuhkan suara mayoritas untuk memenangkan kursi kekuasaan, tetapi kurangnya dukungan legislatif dapat menghentikan langkahnya untuk maju.
Turull dijadwalkan untuk hadir di persidangan pada Jumat (23/3), sebagai bagian dari penyelidikan atas perannya dalam upaya memproklamirkan kemerdekaan Katalunya pada Oktober lalu.
Polisi Spanyol sebelumnya telah menangkap Turull untuk waktu yang singkat dengan tuduhan pemberontakan dan hasutan. Namun polisi kemudian membebaskannya dengan jaminan dia akan menerima pengawasan pemerintah pusat untuk Katalunya.
Hakim bisa saja menyatakan Turull tidak memenuhi syarat untuk menjadi presiden Katalan. Pemerintah Spanyol telah mengatakan, tidak akan mengizinkan siapa saja yang terlibat dalam upaya kemerdekaan untuk mengambil alih jabatan presiden regional.
Dalam pidatonya yang disampaikan menjelang pemungutan suara di parlemen, Turull tidak menyebutkan kata kemerdekaan dan justru menyerukan dialog dengan pemerintah Spayol. "Kami meminta kita bersama-sama duduk di meja yang sama untuk menyelesaikan masalah yang kami hadapi secara politis," kata Turull, dikutip Deutsche Welle.
Turull adalah kandidat ketiga yang dicalonkan oleh pihak pro-kemerdekaan Katalunya. Sebelumnya, mantan Presiden regional Carles Puigdemont dan proklamator kemerdekaan Jordi Sanchez telah menarik diri.
Puigdemont, yang gagal memimpin upaya kemerdekaan Katalunya, telah diasingkan ke Belgia sejak pemerintah Spanyol menuduhnya melakukan pemberontakan dan hasutan. Sementara Sanchez telah dipenjara sejak Spanyol menangkapnya atas perannya dalam kampanye kemerdekaan yang kontroversial.
Pemungutan suara parlemen yang dilakukan pada Kamis (22/3) itu dilakukan setelah parlemen Katalan melewati jeda waktu dua bulan untuk memilih presiden baru. Sampai saat itu, pemerintah Spanyol akan terus menggunakan kekuatan konstitusional untuk secara langsung memerintah wilayah tersebut.