Jumat 30 Mar 2018 10:32 WIB

PBB Peringatkan Soal Potensi Terjadinya Perang Dingin

Konflik antara AS dan Rusia bisa memicu terjadinya Perang Dingin.

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Sekjen PBB Antonio Guterres.
Foto: EPA
Sekjen PBB Antonio Guterres.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan Rusia terkait memburuknya hubungan kedua negara. Ia mengatakan kondisi saat ini sama sepertri era Perang Dingin.

 

Guterres menyerukan Washington dan Moskow untuk membangun kembali jalur komunikasi untuk mencegah meningkatnya ketegangan.

 

"Selama Perang Dingin ada mekanisme komunikasi dan kontrol untuk menghindari eskalasi insiden, untuk memastikan bahwa hal-hal tidak akan lepas kendali ketika ketegangan akan meningkat. Mekanisme tersebut telah dihilangkan," kata Guterres.

 

Ia mengatakan sudah waktunya tindakan pencegahan semacam ini dilakukan. Seperti menjamin komunikasi yang efektif serta mencegah eskalasi. "Saya percaya bahwa mekanisme semacam ini diperlukan lagi," katanya kepada wartawan.

 

Baca juga,  Selandia Baru Jadi Bahan Tertawaan Terkait Diplomat Rusia

 

Menurutnya, perbedaan utama antara situasi sekarang dan Perang Dingin adalah banyaknya aktor lain yang relatif independen dan memiliki peran penting dalam konflik yang terjadi saat ini.

 

Perang Dingin, yang berlangsung sekitar empat dekade setelah Perang Dunia 2, ditandai oleh ketegangan geopolitik antara AS dan sekutu Barat serta Uni Soviet dengan negara-negara blok timur lainnya.

 

AS pada Senin mengatakan akan mengusir 60 diplomat Rusia, termasuk 12 perwakilan Rusia ke PBB di New York. AS brgabung dengan pemerintah di seluruh Eropa dalam menghukum Kremlin karena serangan agen saraf terhadap mantan mata-mata Rusia di Inggris.

 

Rusia membantah terlibat dalam serangan 4 Maret itu. Negara Beruang Merah itu memutuskan mengusir 60 diplomat AS dan menutup konsulat AS di St Petersburg sebagai bentuk pembalasan atas langkah AS dan Barat dalam mengusir diplomat Rusia.

 

Washington dan Moskow telah berselisih paham dalam berbagai hal. Yakni masalah aneksasi Rusia atas Krimea di Ukraina, perang di Suriah dan dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016.

 

Rusia juga khawatir Presiden AS Donald Trump merencanakan tindakan militer terhadap pemerintah Suriah atas tuduhan penggunaan senjata kimia selama konflik yang berkepanjangan di negara itu.

 

"Washington tetap siap untuk bertindak seperti yang terjadi pada April tahun lalu ketika AS mengebom satu pangkalan udara pemerintah Suriah yang digunakan untuk meluncurkan serangan gas beracun mematikan," ujar Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley.

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement