REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sosok Presiden Uni Soviet terakhir Mikhail Gorbachev membawa banyak kesan bagi para tokoh publik. Ucapan belasungkawa berdatangan ketika kabar meninggalnya diumumkan pada Selasa (30/8/2022).
Juru bicara Istana Kremlin Dmitry Peskov kepada kantor berita Interfax menyatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan belasungkawa terdalam. "Besok dia akan mengirim telegram belasungkawa kepada keluarga dan teman-temannya,"ujarnya.
Sedangkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan, merasa sangat sedih mengetahui meninggalnya Gorbachev. "Seorang negarawan unik yang mengubah jalannya sejarah. Dia melakukan lebih dari individu lain untuk mengakhiri Perang Dingin secara damai," ujarnya.
Ketika protes pro-demokrasi melanda negara-negara blok Uni Soviet di Eropa Timur pada 1989, Gorbachev menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatan. Tindakan itu tidak seperti para pemimpin Istana Kremlin sebelumnya yang telah mengirim tank untuk menghancurkan pemberontakan di Hongaria pada 1956 dan Cekoslowakia pada 1968.
"Dunia telah kehilangan pemimpin global yang menjulang tinggi, multilateralis yang berkomitmen, dan pendukung perdamaian yang tak kenal lelah," ujar Guterres.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengenang Gorbachev sebagai pemimpin yang dipercaya dan dihormati. Dia menilai, sosok presiden terakhir Soviet ini memainkan peran penting untuk mengakhiri Perang Dingin dan meruntuhkan Tirai Besi.
"Ini membuka jalan bagi Eropa yang bebas... Warisan ini tidak akan kami lupakan," katanya.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengaku selalu mengagumi keberanian dan integritas yang Gorbachev tunjukkan dalam membawa Perang Dingin ke akhir yang damai. Dia membandingkan dengan keputusan Putin yang saat ini menurunkan pasukan untuk menginvasi Ukraina.
"Di masa agresi Putin di Ukraina, komitmennya yang tak kenal lelah untuk membuka masyarakat Soviet tetap menjadi contoh bagi kita semua," ujar Johnson.