Jumat 06 Apr 2018 09:06 WIB

Ukraina Selidiki Tuduhan Gaddafi Biayai Kampanye Tymoshenko

Muammar Gaddafi juga dikabarkann ikut mendanai kampanye Nicolas Sarkozy

Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi semasa masih hidup menemui Yulia Tymoshenko yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Ukraina, di tendanya.
Foto: reuters
Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi semasa masih hidup menemui Yulia Tymoshenko yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Ukraina, di tendanya.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Para penyidik kasus korupsi di Ukraina sedang memeriksa tuduhan bahwa mendiang pemimpin Libya Muammar Gaddafi memberi sumbangan jutaan euro untuk mendanai kampanye presiden Yulia Tymoshenko pada 2010. Tymoshenko membantah tudingan itu namun laporan-laporan soal pendanaan kampanye terlarang pada masa lalu bisa merugikan pemimpin oposisi Ukraina itu, yang sekarang mengalahkan Presiden Petro Poroshenko dalam jajak pendapat menjelang pemilihan presiden tahun lalu.

Anggota parlemen Ukraina Volodymyr Ariev, yang juga merupakan anggota faksi BPP, partai politik yang berkuasa pimpinan Poroshenko, mengatakan bahwa ia beserta sejumlah anggota lain parlemen telah secara resmi meminta Badan Nasional Antikorupsi Ukraina (NABU) menyelidiki tuduhan-tuduhan yang diberitakan surat kabar pan-Arab, Asharq al-Awsat, pada Februari.

Menurut Asharq al-Awsat, seseorang yang mewakili Gaddafi terbang dengan menggunakan jet pribadi ke Kiev untuk menyerahkan koper berisi uang tunai sebesar empat juta euro (sekitar Rp 67,5 miliar) untuk membantu pendanaan kampanye presiden Tymoshenko pada 2010, yang pada akhirnya tidak berhasil.

 

Baca juga, Putra Gaddafi akan Mencalonkan Diri Sebagai Presiden Libya

"Begitu informasi ini muncul di surat kabar tersebut, tiga anggota parlemen mengirimkan permintaan kepada NABU untuk memastikan kebenaran informasi ini," kata Ariev kepada Reuters setelah ia memasang sebuah foto di Facebook. Foto itu memperlihatkan dugaan tanda terima tertulis dari NABU menyangkut permintaan tersebut.

Berdasarkan undang-undang Ukraina, lembaga-lembaga negara harus melakukan penyelidikan terhadap klaim apa pun jika diminta para anggota parlemen. Kasus itu belum dinyatakan sebagai kejahatan.

Ketika diminta tanggapan soal tuduhan itu, juru bicara partai Tymoshenko mengatakan, "Tidak masuk akal. Informasi itu tidak benar." Kasus itu mengancam Tymoshenko jatuh ke dalam skandal yang lebih luas menyangkut dugaan aliran dana dari Gaddafi ke pemilihan-pemilihan di luar negeri.

Seperti halnya Ukraina, Prancis juga sedang menyelidiki dugaan bahwa Presiden Nicolas Sarkozy menerima uang tunai lima juta euro (sekitar Rp 84,4 miliar) dari Libya untuk mendanai kampanye pemilihannya pada 2007.

Tymoshenko dua kali menjabat sebagai perdana menteri dan dijebloskan ke penjara oleh mantan presiden Viktor Yanukovich dalam kasus yang dikecam oleh para pemimpin negara-negara Barat sebagai peradilan yang tebang pilih. Tymoshenko, yang dikenal karena keunikan tata rambutnya, kalah dalam pemilihan presiden pada 2014, namun jajak pendapat terbaru oleh Rating menunjukkan bahwa ia berada di atas Poroshenko dengan mendapatkan dukungan 18,7 persen sementara sang presiden petahana mendapatkan 15,6 persen.

Pemilihan presiden berikutnya dijadwalkan berlangsung pada Maret 2019. Ketika Tymoshenko menjabat sebagai perdana menteri pada 2007-2010, Kiev dan Tripoli mencapai sejumlah kesepakatan perdagangan, termasuk rencana bagi Libya untuk mengembangkan pertanian gandum seluas 100.000 hektar di wilayah Ukraina.

Gaddafi berkunjung ke Kiev dalam lawatannya ke sejumlah negara bekas Soviet pada 2008, tiga tahun sebelum ia digulingkan dan dibunuh oleh para gerilyawan.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement