REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Kepala Komisi Urusan Luar Negeri Rusia Vladimir Dzhabarov pada Sabtu (14/4) mengatakan, Rusia kemungkinan akan meminta pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas serangan udara Amerika Serikat, Inggris dan Prancis di Suriah, demikian laporan kantor berita RIA.
"Situasi sedang dianalisis sekarang. Rusia akan meminta pertemuan Dewan Keamanan PBB, saya pikir, pasti," kata Dzhabarov.
Semalam, pasukan AS, Inggris dan Prancis meluncurkan lebih dari 100 misil dari kapal dan pesawat berawak, menargetkan tiga fasilitas senjata kimia utama Suriah. Serangan itu merupakan tanggapan terhadap serangan yang diduga menggunakan senjata kimia di Kota Douma, Suriah akhir pekan lalu yang menewaskan puluhan warga sipil.
Suriah dan sekutunya Rusia membantah serangan semacam itu terjadi. Moskow menuduh Inggris membantu melancarkan insiden Douma untuk memicu histeria anti-Rusia.
Ketua Komite Urusan Internasional Majelis Tinggi Parlemen Rusia Konstantin Kosachev mengatakan serangan tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional dan mungkin dirancang untuk mencegah para penyelidik dari pengawas senjata kimia global melakukan pekerjaan mereka.
"Ini ... kemungkinan besar upaya untuk menciptakan komplikasi bagi misi Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang baru memulai pekerjaannya di Douma, Suriah, atau upaya yang untuk sepenuhnya menggagalkannya," kata Kosachev dikutip Interfax.
Sebuah tim pengawas dari OPCW tiba di Suriah pada Kamis dan Jumat, dan diperkirakan memulai penyelidikan mereka terhadap dugaan serangan Douma pada Sabtu. OPCW tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan komentar tentang apakah pekerjaan mereka akan dilanjutkan.
Secara terpisah, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, mayoritas misil yang ditembakkan selama serangan semalam ke Suriah oleh pasukan AS, Inggris dan Prancis dihadang oleh sistem pertahanan udara pemerintah Suriah, demikian laporan kantor berita TASS melaporkan.
Tak satu pun serangan udara menghantam zona di mana sistem pertahanan udara Rusia melindungi pangkalan Rusia Tartus dan Hmeimim, demikian laporan kantor berita Rusia mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan.