Sabtu 28 Apr 2018 13:07 WIB

Kim Jong-un: Selamat Tinggal Mimpi Buruk

Denuklirisasi yang dilakukan Korut diharapkan membuat hubungan dengan Korsel membaik

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nidia Zuraya
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saling berpelukan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).
Foto: Korea Summit Press Pool via AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saling berpelukan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PANMUNJOM -- Pemerintah Korea Utara (Korut) sepakat untuk menyingkirkan persenjataan nuklirnya. Hal itu dicapai dalam pertemuan antara Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in dan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un di desa Panmunjom yang merupakan kawasan zona bebas militer (dmz) kedua negara.

Denuklirisasi yang dilakukan Korut diharapkan membuat hubungan kedua negara semakin membaik. Memberikan komentar usai pertemuan tersebut, Kim Jong-un mengucapkan selamat tinggal kepada ketidakharmonisan hubungan bilateral yang dimiliki kedua negara akibat perang saudara pada 1950-an silam.

Baca juga, Gara-Gara Hidangan Penutup, Jepang Dibuat Kesal oleh Korsel

"Kami mengucapkan selamat tinggal kepada hubungan beku antara Korea utara dan selatan, yang merupakan mimpi buruk. Kami mengumumkan datangnya awal kehangatan bagi dunia," kata Kim Jong-un seperti diwartakan BBC, Sabtu (28/4).

Meski demikian, rincian dari denuklirisasi yang disepakati kedua Korea masih belum diungkapkan. Kedua negara masih sama-sama bungkam terkait detail kesepakatan yang dicapai dari pertemuan antar kepala negara tersebut.

Namun, Kim mengatakan jika kedua pemimpin berjanji untuk berkerjasama guna mencegah perpecahan serupa kembali terulang. Dia melanjutkan, hubungan yang rusak itu telah melahirkan konflik, kesulitan dan frustasi bagi kedua negara.

Kendati, beberapa kesepakatan yang dicapai kedua negara antara lain, mengakhiri permusuhan kedua negara, merubah zona bebas militer yang memisahkan kedua negara menjadi kawasan damai yang bebas dari propaganda apapun.

Kesepakatan juga mengarah pada pengurangan persenjataan di kawasan guna menghindari tensi militer. Mereka juga setuju untuk mendorong perbincangan yang melibatkan Korea, Amerika Serikat (AS) dan Cina.

Moon dan Kim juga akan mengorganisir pertemuan keluarga yang terpisah akibat perang, menghubungkan sekaligus memodernisasi perkereta apian dan jalan di perbatasan. Mereka juga sepakat untuk lebih banyak berpartisipasi dalam ajang olahraga, termasuk Asian Games.

Kedua negara juga senada untuk mencari dukungan internasional untuk meraih kesepakatan yang dicapai. Sementara, perjanjian terkait denuklirisasi tidak secara eksplisit mengacu pada Korut untuk menghentikan kegiatan nuklirnya tetapi lebih mengarah kepada semenanjung Korea yang bebas nuklir.

Pemerintah Cina dan AS memberikan apresiasi atas langkah yang diambil Korut. Keduanya berharap momentum perdamaian dan peristiwa baik yang tengah terjadi dapat terus terjaga.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS yang baru diangkat, Mike Pompeo, ditugaskan lebih dulu ke Korut untuk menemui Kim mengungkapkan keseriusan pemerintah untuk mencapai sebuah kesepakatan. Dia mengatakan, sanksi ekonomi yang diterapkan memberikan dampak yang pada akhirnya menyeret Kim untuk naik ke meja perundingan dan berbicara tentang denuklirisasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement