Kamis 24 May 2018 16:29 WIB

Arab Saudi Bebaskan Aktivis Perempuan

Sebagian besar aktivis perempuan yang ditangkap berkampanye untuk hak mengemudi

Rep: Crystal Liestya Purnama/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang perempuan Saudi yang mengendarai mobil
Foto: Reuters
Seorang perempuan Saudi yang mengendarai mobil

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi telah membebaskan aktivis veteran pejuang hak wanita, Aisha al-Manea. Setelah penangkapan pekan lalu bersama beberapa aktivis lainnya. Hal itu dilaporkan oleh Amnesty International pada Kamis (24/5).

Penangkapan aktivis wanita itu terjadi hanya beberapa pekan sebelum berakhirnya larangan mengemudi bagi para wanita. Kelompok hak asasi itu telah melaporkan penahanan setidaknya 11 aktivis.

Sebagian besar aktivis ditangkap yang sebelumnya berkampanye untuk hak mengemudi. Serta untuk mengakhiri sistem perwalian laki-laki kerajaan, yang mengharuskan perempuan untuk mendapatkan persetujuan dari kerabat laki-laki untuk keputusan besar.

"Kami menyambutnya (Manea) tetapi kami masih belum tahu kondisi di sekitarnya, dan kami meminta pihak berwenang untuk segera membebaskan para pembela hak asasi manusia lainnya," kata Samah Hadid, Direktur Kampanye Timur Tengah Amnesty.

Sayangnya, kampanye kotor yang mengerikan terhadap para perempuan dan laki-laki ini telah menyebabkan kerusakan dan tidak hanya mencoreng perempuan-perempuan ini tetapi juga bentuk aktivisme dan perbedaan pendapat di negara ini. Pejabat pemerintah tidak segera tersedia untuk berkomentar.

Sebuah pernyataan pemerintah pekan lalu mengumumkan bahwa tujuh orang telah ditangkap karena kontak mencurigakan dengan entitas asing dan menawarkan dukungan keuangan untuk musuh di luar negeri. Pihaknya juga mengatakan pihak berwenang akan mengidentifikasi orang lain yang terlibat.

Manea yang berusia 70 tahun itu telah mengkampanyekan hak perempuan untuk mengemudi sejak 1990-an. Dia termasuk di antara enam tahanan yang diidentifikasi secara terbuka oleh Amnesty, bersama dengan Eman al-Nafjan, Loujain al-Hathloul, Aziza al-Yousef, Ibrahim Modeimigh dan Mohammed al-Rabea.

Sementara itu, media yang didukung negara melabeli mereka yang ditahan sebagai pengkhianat. Mereka juga dilabeli sebagai agen kedutaan, para diplomat yang mengkhawatirkan di Arab Saudi, sekutu utama Amerika Serikat (AS).

Beberapa orang yang mempersamakannya dengan penindasan di negara tetangga Mesir. Mereka mengatakan pemerintah mereka akan secara pribadi mendiskusikan masalah ini dengan pihak berwenang Saudi.

Putera Mahkota Mohammad bin Salman telah mendesak sekutu Barat untuk mendukung reformasinya dalam upaya untuk mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak dan membuka kerajaan Muslim yang sangat konservatif. Mengakhiri larangan selama beberapa dasawarsa terhadap perempuan mengemudi telah dianggap sebagai bukti tren progresif baru di negara itu.

Akan tetapi tren progresif baru itu telah disertai dengan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat. Termasuk puluhan penangkapan September lalu yang tampaknya membuka jalan untuk mencabut larangan mengemudi.

Perempuan yang sebelumnya berpartisipasi dalam protes terhadap larangan itu mengatakan pada tahun lalu bahwa dua puluh lebih aktivis telah menerima panggilan telepon yang menginstruksikan mereka untuk tidak mengomentari keputusan yang mengangkatnya. Beberapa dari mereka yang ditangkap pekan ini tetap terus berbicara.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement