REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed al-Khalifa melihat tidak ada solusi yang tepat bagi pertikaian diplomatik antara Qatar dan negara-negara tetangganya. Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir telah memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar hampir setahun lalu.
"Informasi di tangan kami hari ini tidak menunjukkan adanya secercah harapan untuk solusi, karena masalah ini tidak terjadi tiba-tiba," kata Sheikh Khalid kepada surat kabar Alsharq Alawsat pada Ahad (27/5).
Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir menuduh Qatar telah mendukung Iran dan mendukung terorisme. Qatar menyangkal tuduhan itu dan mengatakan boikot negara-negara itu adalah upaya untuk menundukkan kedaulatannya dan mengendalikan reformasinya.
Pada awalnya, boikot tersebut mengganggu proses impor dan memicu penarikan uang miliaran dolar AS dari bank-bank Qatar oleh para deposan di empat negara itu. Qatar kemudian dengan cepat mengembangkan rute perdagangan baru dan mengerahkan puluhan miliar dolar dana kekayaan negaranya untuk melindungi pemberi pinjaman domestiknya.
Perselisihan itu sempat di mediasi oleh Kuwait dan Washington, yang memiliki aliansi kuat dengan kedua belah pihak. Dua negara itu merasa khawatir perpecahan bisa menguntungkan Iran dalam memperluas pengaruhnya di Timur Tengah.
Menurut Sheikh Khalid, Qatar telah memperpanjang krisis dengan membawa kasusnya ke sekutu Barat, bukannya menyelesaikan sendiri di dalam blok Teluk. "Kami mengharapkan dari awal krisis dengan Qatar, Emir Qatar akan pergi ke Saudi tetapi ini tidak terjadi," kata dia.
Para pejabat Arab Saudi dan UAE mengatakan, Doha belum memenuhi 13 tuntutan yang dibuat oleh empat negara itu, termasuk menutup stasiun televisi Aljazirah yang didanai negara dan mengurangi hubungan dengan Iran.
Menteri Negara Urusan Luar Negeri UEA Anwar Gargash mengatakan pekan lalu, Qatar tidak menanggapi secara bijaksana tuntutan tersebut. "Mungkin lewat satu tahun boikot akan menghasilkan pemikiran baru dan pendekatan yang lebih bijaksana dari Doha," ungkapnya.