Senin 04 Jun 2018 18:25 WIB

Presiden Filipina Dikecam karena Cium Bibir Pekerja Migran

Duterte dinilai merupakan seorang presiden misoginis atau membenci perempuan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Foto: Wu Hong/Pool Photo via AP
Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mendapat banyak kecaman setelah mencium bibir seorang perempuan pekerja migran Filipina dalam acara siaran langsung di Seoul, Korea Selatan (Korsel), Senin (4/6). Duterte sedang berbicara di hadapan banyak orang, sebelum memanggil perempuan itu untuk naik ke atas panggung dan menciumnya.

Ada dua perempuan pekerja migran Filipina yang diundang untuk bergabung dengan Duterte di atas panggung. Mereka akan menerima salinan gratis dari sebuah buku dan kemudian berdiri di samping Duterte.

Duterte memeluk perempuan pertama dan memberinya ciuman di pipi sebelum menunjuk perempuan kedua dan mencium bibirnya. Adegan itu disambut dengan sorakan dan cibiran dari ratusan orang, yang sebagian besar adalah pekerja migran asal Filipina yang tergabung dalam Overseas Filipino Workers (OFW).

Kelompok hak asasi Filipina, Gabriela, mengatakan, aksi itu merupakan sebuah sandiwara yang menjijikkan dari seorang presiden misoginis. Menurut kelompok tersebut, Duterte tengah mencoba mengalihkan isu-isu kebijakannya dan berusaha menaikkan popularitasnya yang makin berkurang.

"Aksi yang berulang-ulang ini dimaksudkan sebagai hiburan untuk menyembunyikan realitas popularitasnya yang melorot dengan cepat akibat isu pembunuhan di luar hukum, undang-undang reformasi pajak untuk percepatan dan inklusi, serta skandal korupsi besar-besaran yang sekarang mengganggu pemerintahannya," kata Gabriela dalam sebuah pernyataan pada Senin (4/6), dikutip CNN.

Perempuan pekerja migran yang berada di panggung bersama Duterte diidentifikasi bernama Bea Kim. Ia mengaku telah ditanya oleh Duterte apakah ia masih lajang, dan menjawabnya dengan mengatakan ia telah menikah dengan seorang warga negara Korsel.

Hal itu bukan pertama kalinya Duterte dituduh berperilaku yang tidak pantas terhadap perempuan. Sebelumnya ia telah memicu kemarahan karena memberikan serangkaian komentar misoginis.

Pada April 2016, ia berbicara tentang pembunuhan dan pemerkosaan seorang misionaris perempuan Australia di Davao pada 1989. Saat itu ia masih menjabat sebagai wali kota Davao.

"Saya marah karena dia diperkosa. Tapi dia sangat cantik, sayang sekali," kata Duterte. Kantor kepresidenan kemudian meminta maaf atas komentarnya itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement