REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dari luar, Istana Buckingham tampak seperti rumah impian yang megah dan indah. Namun, kediaman resmi Ratu Inggris itu sebenarnya tidak terlalu glamor dan membutuhkan pembenahan di banyak aspek.
Ratu Elizabeth II memang sudah lama berencana merenovasi istana tempat tinggalnya. Rencana renovasi 10 tahun yang menghabiskan dana sebesar 482 juta dolar AS itu pertama kali diumumkan pada 2016.
Sementara, rincian baru telah dirilis pada laporan tahunan Sovereign Grant yang mengungkapkan kebiasaan keuangan monarki beberapa waktu lalu. Bendahara Ratu, Sir Michael Stevens, mengungkap adanya program reservicing di dalamnya.
"Program menyajikan peluang unik untuk inovasi dan investasi di salah satu bangunan bersejarah paling bergengsi dan ikonis di dunia, melestarikannya untuk generasi mendatang," kata dia.
Setelah diumumkan pada 2016, setahun berikutnya kerajaan Inggris memulai rencana renovasi empat tahap. Hal itu sudah berjalan lancar, meski kabel listrik, pipa, dan pemanas di istana belum diperbarui sejak 1950-an.
Tahap pertama, "advanced works", memindahkan para staf dari East Wing ke sebuah "ruang kerja kolaboratif". Fase ini juga menghilangkan semua materi karet India dari istana karena dianggap sangat berisiko memicu kebakaran.
Kemudian, tahapan selanjutnya adalah mengganti hal-hal seperti boiler, generator, panel listrik, dan tangki air. Tim renovasi bakal memastikan istana hemat energi dan memasuki "fase perbaikan operasional" yang semuanya harus rampung pada 2027.
Tujuan renovasi bukan hanya untuk melestarikan istana dan menjadi kepentingan Ratu beserta keluarganya. Pembenahan itu pun ditujukan bagi publik dan diharapkan menarik lebih banyak pengunjung ke istana, dikutip dari laman House & Garden.