REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Meksiko telah menyelesaikan pemungutan suara untuk pemilihan presiden pada Ahad (1/7). Andres Manuel Lopez Obrador memenangkan pemilihan presiden Meksiko dengan telak.
Jose Antonio Meade, kandidat dari Institutional Revolutionary Party, yang berkuasa, atau PRI, mengakui kekalahannya. Lopez Obrador adalah seorang mantan walikota Meksiko berusia 64 tahun.
"Demi kebaikan Meksiko, saya berharap dia yang terbaik untuk kesuksesan," kata Meade dalam sebuah pidato. Saingan Lopez Obrador lainnya juga mengakui kekalahan mereka.
Lopez Obrador diharapkan dapat membuat Meksiko ke arah yang lebih nasionalis saat ia menjadi sayap kiri pertama yang memerintah negara itu dalam beberapa dekade. Dia telah berjanji untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada Amerika Serikat.
Pemerintah Meksiko masih berdebat dengan Presiden AS Donald Trump atas perdagangan dan migrasi.
Sebuah lembaga survei, Parametria menunjukkan Lopez Obrador unggul 20 persen dari saingannya. Lopez menang antara 53 persen dan 59 persen suara. Ia unggul jauh dari dua saingan utamanya dari partai-partai tradisional Meksiko.
Hitungan cepat resmi diharapkan keluar pada tengah malam waktu setempat dengan margin kesalahan 0,5 persen.
Consulta Mitofsky untuk penyiar Televisa menunjukkan Lopez Obrador menang antara 43 dan 49 persen suara. Mitofsky dan yang lain juga menunjukkan dia menang setidaknya dengan 20 poin persentase.
Jika hasil ini sesuai dengan perhitungan resmi maka kemenangan Lopez akan mewakili kekalahan gemilang bagi Presiden Enrique Pena Nieto dari PRI.
Lopez menduduki posisi kedua dalam pemilihan presiden 2006 dan 2012. Ia menempatkan dirinya sebagai satu-satunya yang mampu membersihkan pemerintah setelah Meksiko mengalami pertumbuhan ekonomi yang buruk. Selain itu kekerasan geng yang merajalela mengikis kepercayaan di kelas politik.
Saat ini Lopez Obrador berusaha mencari dukungan. Ia bersumpah untuk mengurangi ketidaksetaraan, meningkatkan pembayaran gaji dan kesejahteraan dan menjalankan anggaran yang ketat.