REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping mengatakan negaranya akan memberikan dana bantuan sebesar 15 juta dolar AS kepada Palestina. Hal tersebut ia sampaikan ketika berpidato dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-8 Forum Kerja Sama Cina-Negara Arab di Beijing, Selasa (10/7).
Pemberian bantuan sebesar 15 juta dolar AS untuk Palestina dibuat sebagai bagian dari rencana Cina memberikan pinjaman lebih dari 23 miliar dolar AS kepada negara-negara Arab. "Dana ini akan dialokasikan untuk proyek-proyek yang akan menghasilkan peluang kerja yang baik dan dampak sosial yang positif di negara-negara Arab yang memiliki kebutuhan rekonstruksi," kata Xi, dikutip laman The Times of Israel.
"Cina menyambut peluang untuk berpartisipasi dalam pengembangan pelabuhan dan pembangunan jaringan kereta api di negara-negara Arab sebagai bagian dari jaringan logistik yang menghubungkan Asia Tengah dengan Afrika Timur dan Samudra Hindia dengan Mediterania," ujar Xi menambahkan.
Xi mengatakan posisi negara-negara Arab yang berada di pusat rute Jalur Sutra pada masa lampau, telah membuat mereka menjadi mitra dalam usaha baru Cina. "Masyarakat Cina dan Arab, meskipun berjauhan dalam jarak, sedekat keluarga," ujarnya.
Oleh sebab itu, Xi berharap pertemuan dapat berakhir dengan kesepakatan mengenai kerja sama atas inisiatif tersebut. Menurut Xi, Cina juga telah menyediakan 151 juta dolar AS untuk negara-negara Arab dalam rangka pembangunan kapasitas untuk pemeliharaan stabilitas. Selain itu, akan disiapkan pula dana sebesar 91 juta dolar AS untuk bantuan kemanusiaan bagi Suriah, Yaman, Yordania, dan Lebanon.
Sejak menjabat sebagai presiden, Xi telah mengawasi langsung upaya perluasan pengaruh Cina di Timur Tengah dan Afrika. Pengaruh ditancapkan melalui arus investasi dan pinjaman dana dalam skala besar. Hal tersebut memicu kekhawatiran, terutama bagi negara-negara yang dinilai tak akan sanggup melunasi pinjaman Cina.
Tahun lalu, Sri Lanka terpaksa menyerahkan mayoritas kendali pelabuhan Hambantota ke Cina. Hal itu terjadi setelah Sri Lanka tak dapat membayar pinjaman yang diberikan oleh Negeri Tirai Bambu tersebut.