Kamis 26 Jul 2018 20:20 WIB

Imran Khan Unggul di Pemilu Pakistan

Partai yang dipimpim Imran Khan unggul signifikan dalam perolehan suara pemilu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Mantan bintang kriket Pakistan yang menjadi politikus, Imran Khan. Ketua Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf itu memberikan suaranya dalam pemilu di Islamabad, Pakistan, Rabu (25/7).
Foto: AP Photo/Anjum Naveed
Mantan bintang kriket Pakistan yang menjadi politikus, Imran Khan. Ketua Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf itu memberikan suaranya dalam pemilu di Islamabad, Pakistan, Rabu (25/7).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Proses penghitungan suara hasil pemilu Majelis Nasional Pakistan dilakukan sejak Rabu hingga Kamis (26/7). Perolehan sementara, partai Pakistan Tahreek-e-Insaf (PTI) pimpinan Imran Khan unggul cukup signifikan dibanding partai lainnya.

 

Hingga berita ini ditulis, Komisi Pemilihan Pakistan telah menghitung sekitar 49 persen surat suara yang masuk. Dari perhitungan tersebut, PTI telah meraih 119 kursi dari 272 kursi di Majelis Nasional yang diperebutkan. PTI membutuhkan 137 kursi untuk memuluskan misinya membentuk pemerintahan baru.

 

Sementara di bawah PTI, menyusul partai Pakistan Muslim League-Nawaz (PML-N) dengan raihan 61 kursi. PML-N merupakan partai yang dipimpin mantan perdana menteri Pakistan Nawaz Sharif. Kini Nawaz tengah mendekam di penjara akibat skandal korupsi yang menyeret namanya dan keluarganya.

Kemudian partai Pakistan People Party (PPP) membuntuti PTI dan PML-N dengan memperoleh 40 kursi. Walaupun perhitungan belum rampung, namun PTI telah merayakan kemenangannya.

Para simpatisan PTI dan Imran Khan memulai perayaan di berbagai kota pada Rabu (25/7) malam. Pemain kriket, atlet, musisi, dan kalangan selebritis turut larut dalam kemenangan PTI. Khan memang mantan pemain kriket yang terjun ke dunia politik.

Pemain kriket Shahid Afridi menyambut hasil perolehan PTI dalam pemilu Majelis Nasional. "Selamat PTI dan Imran Khan dalam kemenangan yang benar-benar bersejarah! Perjuangan selama 22 tahun akhirnya tebayarkan dan pantas. Rakyat Pakistan banyak menaruh harapan padamu," katanya melalui akun Twitter pribadinya, dikutip laman Aljazirah.

Musisi Pakistan Haroon turut mengucapkan selamat kepada Imran Khan. "Selamat, Pakistan! Saya merasa sekarang kami memiliki kesempatan yang lebih cerah di masa depan. Selamat tinggal status quo, selamat tinggal para politisi korup yang melayani diri sendiri," ujar Haroon lewat akun Twitternya.

Imran Khan merupakan mantan pemain kriket Pakistan yang memimpin partai PTI. Ia sekaligus kandidat yang diusung PTI untuk menjabat sebagai perdana menteri.

Sebelum memasuki dunia politik, selain aktif dalam olahraga kriket, ia juga menekuni kegiatan filantropis. Ia berkarier selama dua dekade di dunia kriket internasional, kemudian mengembangkan proyek filantropis, seperti Shaukat Khanum Memorial Cancer Hospital and Research Centre. Ia pernah menjabat sebagai anggota Majelis Nasional Pakistan periode 2013-2018.

Kemenangan PTI dan Imran Khan memang membawa harapan baru bagi Pakistan. Selama masa kampanye, PTI menjanjikan tentang reformasi birokasi dan pemerintahan yang antikorupsi. Kampanye itu tampaknya berhasil menjaring simpati masyarakat Pakistan yang baru saja menyaksikan mantan perdana menterinya, Nawaz Sharif, divonis bersalah dan dijebloskan ke penjara akibat korupsi.

Namun, PML-N menolak hasil penghitungan Komisi Pemilihan Pakistan. "PML-N sepenuhnya menolak hasil pemilu 2018 karena ketidakberesan yang nyata dan masif. Formulir 45 tidak diberikan kepada wakil kami, hasil dihentikan dan suara dihitung tanpa ada wakil jajak pendapat kami. Ini tidak bisa diterima," kata Presiden PML-N Shehbaz Sharif.

Sementara itu, pemimpin PPP Bilawal Bhutto Zardari mempertanyakan penundaan pengumuman resmi hasil pemilu. "Sekarang sudah lewat tengah malam dan saya belum menerima hasil resmi dari konstituen mana pun," katanya.

Ia pun menyampaikan keluhan dari para kandidat yang diusung partainya tentang adanya aksi pengusiran terhadap wakil PPP yang ditugaskan memantau proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS. "Tidak bisa dimaafkan dan keterlaluan," ujarnya.

Komisi Pemilihan Pakistan mengatakan terlambatnya pengumuman hasil resmi disebabkan adanya masalah teknis terkait Sistem Transmisi Hasil (RTS). Kendati demikian, Komisi Pemilihan Pakistan membantah tudingan adanya konspirasi terkait proses penghitungan suara.

"Tidak ada konspirasi atau tekanan dalam penundaan hasil (resmi). Penundaan ini disebabkan karena (sistem) RTS telah gagal," kata Sekretaris Komisi Pemilihan Pakistan Babar Yaqoob.

sumber : Reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement