REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut, Korea Utara (Korut) tengah membangun roket baru. Hal itu diungkapkan seorang pejabat AS mengacu pada citra satelit mata-mata Amerika yang memantau adanya aktivitas di salah satu fasilitas yang digunakan untuk membangun rudal balistik.
Seperti diwartakan BBC yang mengutip Washington Post, Selasa (31/7), pejabat tersebut mengatakan, Korut tengah membuat satu atau dua rudal jelajah antarbenua (ICBM). Dia mengatakan, roket tersebut sedang dibangun di fasilitas rudal Sanumdong yang berada tidak jauh dari Ibu Kota Pyongyang.
Fasilitas itu diketahui memproduksi roket Hwasong-15. Roket tersebut merupakan rudal jelajah antarbenua pertama yang mampu mencapai dataran AS. Citra satelit tersebut menangkap adanya kendaraan yang keluar-masuk fasilitas tersebut.
Pejabat itu mengatakan, satu foto menunjukkan sebuah truk yang biasa dipakai untuk mengangkut rudal ICBM keluar-masuk dari fasilitas tersebut. Truk itu ditutupi pada bagian kargonya sehingga tidak diketahui lebih lanjut apa yang dibawanya.
"Memang ada aktivitas, tapi kami tidak tahu seberapa besar kekuatan roket yang tengah dibangun itu," kata pejabat tersebut yang mengatakan jika intel itu merupakan informasi yang bersifat terbatas.
Meski demikian, pejabat itu mengatakan, ICBM yang memiliki bahan bakar cair tidak menimbulkan ancaman sebesar roket berbahan bakar padat, yang membutuhkan waktu lama untuk membuatnya.
Gedung Putih enggan untuk mengomentari temuan tersebut. Namun, seorang pejabat senior dari kantor kepresidenan Korea Selatan (Korsel) mengatakan jika AS dan Seoul tengah memantau dengan saksama intelijen tersebut. Dia enggan mengomentari hal itu lebih jauh.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan. Korut sudah tidak lagi memiliki ancaman senjata nuklir. Hal tersebut diungkapkan setelah pertemuan tingkat tinggi (KTT) Trump dengan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un dilaksanakan di Singapura beberapa waktu lalu.
Dalam pertemuan itu, Kim sepakat untuk melucuti persenjataan nuklirnya secara menyeluruh dan terverifikasi. Sebagai gantinya, AS dan Korsel akan membatalkan semua latihan militer gabungan yang secara reguler mereka lakukan.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga sempat mengunjungi Pyongyang guna menagih janji Korut terkait denuklirisasi. Namun, Pemerintah AS mengonfirmasi jika denuklirisasi Korut tidak dapat dilakukan dalam waktu satu tahun.