Kamis 23 Aug 2018 12:20 WIB

Juru Bicara Erdogan: AS Sedang Mengincar Turki

Turki tak memiliki niat untuk memulai perang ekonomi dengan pihak manapun.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Penahanan pastor Brunson memanaskan hubungan AS-Turki.
Foto: republika
Penahanan pastor Brunson memanaskan hubungan AS-Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, mengkritik pernyataan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton saat berkunjung ke Israel.

Bolton mengatakan, janji dukungan investasi sebesar 15 miliar dolar AS dari Qatar tidak akan berdampak signifikan bagi perbaikan perekonomian Turki.

Menurut Kalin, pernyataan Bolton itu secara gamblang memperlihatkan bahwa AS mengincar Turki dalam perang ekonomi.

“Pernyataannya adalah bukti bahwa pemerintahan (Donald) Trump menargetkan sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai bagian dari perang ekonomi,” kata Kalin dalam sebuah pernyataan tertulis pada Rabu (22/8).

"Trump telah menetapkan mereka bermaksud menggunakan perdagangan, tarif, dan sanksi untuk memulai perang perdagangan global,” ujar Kalin merujuk pada perselisihan dalam bidang perdagangan antara AS dan Meksiko, Kanada, Eropa, Cina, serta Turki.

Baca juga, Erdogan: Turki Boikot Produk Elektronik AS, Termasuk Iphone.

Ia kembali menegaskan, Turki tidak memiliki niat untuk memulai perang ekonomi dengan pihak manapun. Namun, Kalin menyatakan, negaranya tidak mungkin tinggal diam ketika menghadapi serangan, seperti yang dilakukan AS.

Kalin menambahkan, Turki akan bekerja dengan negara-negara lain di dunia untuk menghadapi tindakan-tindakan ini. “Kebijakan paling baru pemerintahan AS bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai fundamental dari aliansi NATO,” ujarnya.

Hubungan Turki dengan AS tengah memanas. Salah satu pemicu menegangnya hubungan kedua negara adalah kasus Andrew Brunson, seorang pastor yang kini ditahan Turki. Ia dituding terlibat gerakan makar dan subversif terhadap pemerintahan Erdogan dua tahun lalu, tepatnya ketika upaya kudeta yang gagal.

AS telah lama menyeru Turki agar melepaskan warganya itu. Namun, Turki menolak. Merespons sikap Turki, Presiden AS Donald Trump akhirnya memutuskan menaikkan bea masuk atas impor aluminium dan baja dari Turki menjadi 20-50 persen. Hal itu menyebabkan nilai mata uang Turki kian terpuruk.

Membalas perlakuan AS, Pemerintah Turki juga menaikkan tarif masuk terhadap sejumlah produk AS, seperti mobil, beras, minuman beralkohol, kosmetik, dan produk tembakau. Turki meningkatkan tarif masuk bagi produk-produk itu hingga 100 persen.

Pemerintah AS telah mengancam akan menjatuhkan sanksi ekonomi lanjutan terhadap Turki bila tak membebaskan Brunson. Namun, Ankara menyatakan siap menghadapi tindakan demikian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement