Selasa 02 Oct 2018 13:34 WIB

Cina Desak AS Hentikan Operasi di Laut Cina Selatan

Cina menganggap operasi AS ancaman terhadap kedaulatannya.

Rep: Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Pangkalan militer Cina di Pulau Spratly
Foto: Francis Malasig/Pool Photo via AP
Pangkalan militer Cina di Pulau Spratly

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat (AS) kembali meningkat. Pada Selasa (2/10), Cina menyatakan kemarahannya pada AS  setelah kapal perusak Angkatan Laut AS berlayar di dekat pulau-pulau yang diklaim oleh Cina di Laut Cina Selatan.

Cina dengan tegas menentang operasi yang disebutnya sebagai ancaman terhadap kedaulatannya. Beijing dan Washington telah terlibat dalam perang dagang. Kedua negara saling menaikkan tarif impor.

Seorang pejabat AS yang menjadi narasumber mengatakan kapal perusak USS Decatur melakukan perjalanan dalam jarak 12 mil laut dari Gaven dan Johnson Reefs di Kepulauan Spratly pada Ahad.

Operasi itu adalah upaya terbaru untuk melawan upaya Beijing dalam membatasi kebebasan navigasi di perairan strategis, di mana Cina, Jepang, dan beberapa angkatan laut Asia Tenggara beroperasi. Kementerian Pertahanan Cina mengatakan kapal angkatan laut Cina telah dikirim untuk memperingatkan kapal AS agar meninggalkan perairan itu.

Kementerian itu mengatakan Cina memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas pulau-pulau Laut Cina Selatan dan perairan di sekitarnya.  Situasi di wilayah itu berkembang dengan baik berkat kerja keras Cina dan negara-negara di Asia Tenggara.

"AS berulang kali mengirimkan kapal-kapal militer tanpa izin ke laut dekat dengan pulau-pulau Laut Cina Selatan, mengancam secara serius kedaulatan dan keamanan Cina, merusak hubungan militer Cina-AS, dan merusak serius perdamaian dan stabilitas regional. Militer Cina dengan tegas menentang ini," kata kementerian itu.

Menurut kementerian, militer Cina  akan  mengambil  langkah yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan dan keamanan negara. Dalam sebuah pernyataan terpisah, Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan sangat mendesak AS menghentikan tindakan provokatif dan segera memperbaiki kesalahannya.

Operasi oleh AS dilakukan saat hubungan militer antara kedua negara mengalami penurunan.  Cina juga marah dengan sanksi AS terhadap militer Cina karena membeli senjata Rusia. Ketegangan semakin diperparah karena dukungan AS untuk Taiwan.

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis pada Senin mengaku tidak melihat hubungan yang memburuk antara AS dan Cina memburuk. Ini disampaikan Mattis sehari setelah perjalanannya ke Cina dibatalkan.

Kantor berita Reuters melaporkan pada Ahad Cina membatalkan pertemuan  dengan Mattis yang dijadwalkan bulan ini. Seorang pejabat AS, mengatakan Mattis tidak akan melakukan kunjungan Cina.

Cina belum berkomentar tentang masalah ini. Menteri Pertahanan Cina Wei Fenghe akan mengunjungi AS akhir tahun ini. Tetapi Kementerian Pertahanan Cina menyebut pekan lalu bahwa kunjungan itu kemungkinan tidak akan terjadi.

Baca juga: Jurus Cina Membalas AS

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement