Sabtu 27 Oct 2018 16:27 WIB

Saudi Pastikan Pelaku Pembunuhan Khashoggi Diadili di Saudi

Saudi berpendapat para pelaku merupakan warga negara Saudi.

Rep: Puti Almas/ Red: Nashih Nashrullah
Jamal Khashoggi
Foto: Metafora Production via AP
Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, AL MANAMAH — Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir menyatakan para tersangka kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi akan diadili di negaranya. Pernyataan itu datang sebagai bentuk tanggapan atas permintaan Turki untuk mengektradisi pelaku. 

“Mengenai masalah ekstradisi, para tersangka merupakan warga negara Arab Saudi. Mereka ditahan di negara kami dan investigasi juga berjalan di sana, serta proses penuntutan juga demikian,” ujar Jubeir dalam seuah pertemuan forum pertahanan regional di Ibu Kota Bahrain pada Sabtu (27/10). 

Baca Juga

Sehari sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyerukan untuk segera mengungkapkan pelaku pembunuhan Khashoggi. Jaksa negara itu kemudian dilaporkan tengah mempersiapkan permintaan ekstradisi 18 pelaku ke Turki. 

Khashoggi, penulis kolom Washington Post menghilang setelah memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober lalu. Pada awalnya, Arab Saudi menyangkal Khashoggi dibunuh. Namun belakangan Riyadh mengakui setelah mendapatkan tekanan dari media dan internasional.

Pada Kamis (25/10), Arab Saudi mengubah kembali cerita tentang pembunuhan Khashoggi. Kali ini Riyadh mengatakan jika ia terbunuh dalam sebuah operasi yang direncanakan. Padahal, pada cerita awal, Khashoggi disebut tewas akibat perkelahian di dalam konsulat saat proses interogasi.

Sebanyak 18 orang kemudian ditangkap Saudi atas dugaan keterlibatan mereka dalam kasus pembunuhan tersebut. Meski demikian, Turki sebagai negara tempat pembunuhan itu berlangsung merasa perlu melakukan ekstradisi terhadap para pelaku. 

“Alasan di balik permintaan ekstradisi ini karena Jamal Khashoggi dibunuh di Turki oleh warga Arab Saudi yang datang ke Turki dengan tujuan yang spesifik," kata seorang pejabat senior Turki. 

Pemerintah negara-negara Barat juga menyuarakan ketidakpercayaan mereka terhadap penyebab kematian Khashoggi yang diberikan oleh Arab Saudi. Membuat hubungan salah satu eksportir minyak terbesar tersebut dengan sekutu mereka di Eropa dan Amerika memburuk. 

Meski demikian, menurut Jubeir, Arab Saudi akan bertanggung jawab sepenuhnya untuk menyelesaikan kasus pembunuhan Khashoggi. Ia tak menampik bahwa Ia mengatakan banyak orang yang terus menyalahkan negaranya saat penyelidikan atas kasus ini belum sepenuhnya selesai. 

“Kami akan mengatasinya, seperti yang telah sata katakan bahwa masalah ini tengah diselidiki dan kita akan tahu kebenarannya dan meminta pertanggungjawaban pada mereka yang terlibat, sesuai dengan mekanisme yang berlaku,” jelas Jubeir. 

Selama ini, Khashoggi kerap menulis kolom-kolom yang mengkritik kebijakan pemerintah Arab Saudi saat tinggal di pengasingan di Amerika Serikat (AS), termasuk mengenai Putra Mahkota Muhammad bin Salman.

Dalam artikel terakhir yang diterima Washington Post, sehari sebelum dia dinyatakan hilang, ia mengkritik pemerintahan negara-negara Timur Tengah mengenai kebebasan pers. Menurutnya, tindakan memenjarakan jurnalis dan merebut kontrol media massa tidak lagi berimbas positif dari masyarakat internasional. 

"Sebaliknya, tindakan-tindakan tersebut dapar memicu kecaman seraya menimbulkan kebisuan. Akibatnya pemerintah (negara-negara) Timur Tengah diberi kebebasan untuk membungkam media," tulis Khasoggi di kolomnya seperti dikutip laman Washington Post, Jumat.

"Dunia Arab menghadapi versi Tirai Besi sendiri, yang dipaksakan bukan oleh aktor eksternal tetapi melalui pasukan domestik yang berlomba merebut kekuasaan," tambah Khashoggi. Artikel Khashoggi diterbitkan saat penyelidikan terhadap kasus pembunuhannya masih berjalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement