REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pyongyang Friendship Hospital di Korea Utara (Korut) menolak tuduhan penyiksaan terhadap Otto Warmbier, mahasiswa Amerika Serikat (AS) yang tewas tahun lalu. Rumah sakit tersebut sempat merawat Warmbier sebelum pria 22 tahun itu dikembalikan ke AS dalam keadaan koma dan akhirnya meninggal dunia.
Kantor berita Korut KCNA melaporkan pada Sabtu (27/10), pemberitaan yang mengatakan Warmbier jatuh koma karena disiksa di Korut adalah pemberitaan yang tidak benar. Pernyataan ini merupakan pernyataan resmi pertama yang dikeluarkan rumah sakit terkait isu kematian Warmbier.
"Para dokter Amerika yang datang membantu pemulangan Warmbier mengakui indikator kesehatannya semuanya normal dan mereka menyerahkan surat jaminan ke rumah sakit kami bahwa mereka telah mendapatkan hasil diagnosa dari dokter di rumah sakit kami," ujar KCNA mengutip direktur rumah sakit yang tidak disebutkan namanya.
"Sekarang pertanyaannya adalah: apa motif terselubung dari para dokter Amerika yang mencoba membuat cerita yang berbeda pada saat ini, sehubungan dengan penyebab kematian Warmbier?" tambah laporan itu.
KCNA menambahkan, penilaian medis tidak boleh dipengaruhi oleh tujuan egois atau kepentingan politik. Menurut rumah sakit tersebut, indikator kesehatan Warmbier semua normal pada saat ia dipulangkan ke AS. Seharusnya ada penyelidikan khusus atas penyebab kematian mendadaknya sesaat setelah ia tiba di negara itu.
Laporan KCNA ini diterbitkan beberapa jam setelah stasiun radio Voice of America (VoA) memuat laporan tentang gugatan yang diajukan oleh orang tua Warmbier. Mereka menduga putra mereka telah disiksa di dalam tahanan.
VoA juga melaporkan gugatan yang diajukan oleh mantan dokter gigi Otto Warmbier, yang mengatakan ada bukti trauma pada giginya. VoA kemudian mengutip pernyataan lain dari Daniel Kanter, seorang ahli saraf yang menangani Warmbier saat kembali ke kota kelahirannya di Cincinnati. Ia mengatakan Otto menderita kerusakan otak setelah adanya penghentian aliran darah ke otak selama lima sampai 20 menit.
"Karena cedera itu sangat berat, tidak mungkin Warmbier sedang berada dengan personel medis yang bersedia dan mampu melakukan intervensi untuk menyadarkan dia ketika cedera itu terjadi," kata VoA, mengutip pernyataan Kanter.
Korut sebelumnya menyatakan, saat itu kondisi Warmbier menurun karena adanya botulisme. Botulisme adalah kondisi keracunan serius yang disebabkan racun dari bakteri Clostridium botulinum.
Namun petugas yang memeriksa jenazah Warmbier mengatakan tidak menemukan tanda-tanda botulisme. Petugas itu menambahkan, tidak ada bukti trauma pada gigi Warmbier atau adanya patah tulang.