REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Di stasiun kereta besar dan separuh kosong di Ibu Kota Irak, Baghdad, mesin satu kereta berbunyi. Kereta itu baru saja menghidupkan kembali layanan ke Fallujah, kota kecil berdebu yang dulu terkenal sebagai kubu gerilyawan Sunni.
Masinis dan kondekturnya memastikan bahwa rel yang membentang melalui Provinsi Anbar sekarang bersih dari ranjau yang dipasang oleh anggota ISIS. Sejak menguasai wilayah tersebut, kelompok ISIS menutup jalur kereta, sebelum akhirnya pasukan Irak yang didukung AS mengusir mereka ke luar Fallujah pada 2016 dan mengalahkan mereka di Irak pada pengujung 2017.
Setelah kosong selama empat tahun, ratusan penumpang kereta sekarang menempuh jarak 50 kilometer antara Baghdad dan Fallujah cuma dalam waktu lebih dari satu jam. Sementara jika menggunakan mobil, perjalanan itu memerlukan waktu beberapa jam.
"Kereta menghemat waktu. Kereta tujuan Baghdad tiba pukul 08.00, yang berarti cocok dengan jadwal saya. Itu juga lebih murah dibandingkan dengan naik mobil. Harga karcis kereta 3.000 dinar Irak (2,50 dolar AS)," kata pelaju yang bernama Thamer Mohammed.
"Anda tidak haru berhenti di pos pemeriksaan, dan itu lebih aman. Anad menghindari kecelakaan lalu-lintas," kata warga Fallujah yang berusia 42 tahun tersebut dan kuliah jurusan sejarah di tingkat doktorat di Ibu Kota Irak, Baghdad.
Kehidupan kembali layanan harian pada Juli adalah contoh jelas mengenai upaya Irak untuk pulih dari beberapa dasawarsa kerusuhan. Layanan itu sudah ada sejak jaman Kekhalifahan Usmaniyah (Ottoman).
Para penumpang memandangnya sebagai kiasan bagi kondisi di negeri tersebut: keamanan telah cukup meningkat untuk memungkinkan jalur tanpa halangan melalui pinggir wilayah yang didominasi selama bertahun-tahun oleh gerilyawan ISIS dan Alqaeda. Tapi kereta itu rusak dan bergetar saat kereta tersebut bertambah cepat.
Kondisi rel tersebut memungkinkan kereta melaju sampai kecepatan 100 kilometer per jam, tapi tidak lebih. Puluhan jendela telah dipecahkan oleh anak-anak yang bermain kotor-kotoran di kabupaten miskin Baghdad dan melempari gerbong kereta dengan batu saat kereta lewat.
"Saya berharap layanan akan terus berjalan, tapi dalam beberapa hari belakangan ini telah terjadi penundaan. Kadang-kala kereta itu kehabisan bahan bakar dalam perjalanan, atau mengalami kegagalan teknik," kata Mohammed.
Abdus Sittar Muhsin, pejabat media bagi operator nasional Perusahaan Kereta Republik Irak, mengatakan perusahaan itu sangat memerlukan dana untuk terus memberikan layanan. "Kami melakukan ini dengan uang perusahaan dan kami beroperasi dengan rugi," katanya.