Jumat 16 Nov 2018 18:25 WIB

Ini Sejumlah Kasus 'Jebakan' Utang Cina

Pengamat memperingatkan Beijing kini menggunakan pinjaman sebagai jebakan.

Rep: Sean Mantesso/ Red: Budi Raharjo
Cina
Foto:

Proyek One Belt One Road (OBOR) Cina

Isu utama terkait investasi Cina di berbagai negara, adalah kebijakan utama Pemerintahan Presiden Xi, proyek bernama One Belt One Road (OBOR). OBOR bernilai triliun dolar dengan tujuan menghubungkan negara-negara di berbagai benua untuk tujuan perdagangan, dengan Cina sebagai pusatnya.

Beijing menyebut proyek OBOR sebagai sama-sama menguntungkan bagi ambisi perdagangan globalnya dan bagi negara-negara berkembang yang butuh infrastruktur. Namun kenyataan di lapangan, kini sejumlah negara rentan terjebak dalam lilitan utang dari Cina.

Pada tahun 2011, Tajikistan misalnya telah menyerahkan tanah di perbatasannya yang disengketakan dengan Cina, sebagai bentuk pembayaran utang. Cina juga mengucurkan pinjaman satu miliar dolar lebih bagi Montenegro untuk membangun jalan raya yang menghubungkan Port of Bar dengan Serbia.

Proyek itu sendiri dikerjakan perusahaan konstruksi Cina. Namun, akibat nilai tukar mata uang dan cetak-biru proyek itu, terjadi pembengkakan biaya sehingga hanya bisa terbangun sebagian.

Montenegro kini terancam menghentikan proyek itu atau menegosiasi pinjaman lebih besar ke Cina, menyebabkan negera itu kian terjerat lebih jauh dalam pengaruh Beijing.

photo
Maldives diprediksi berisiko terjebak dalam utang akibat pembiayaan infrastruktur dari Cina. (Reuters: Ashwa Faheem)
Di Afrika, Cina membiayai proyek-proyek besar di seluruh benua, dan tingkat investasi Beijing semakin cepat. Pada bulan September, Presiden Xi menjanjikan pinjaman 82 miliar dolar untuk negara-negara Afrika selama tiga tahun. Jumlah yang sama telah dikucurkan pada tahun 2015 lalu.

Investasi Cina di Zambia misalnya sangat menonjol. Pembangunan sekolah, rumah sakit dan konstruksi memiliki simbol-simbol Cina, termasuk jaringan jalan raya baru.

Namun utang dari Cina di Zambia kini mencapai sepertiga dari total utang negara 13 miliar dolar.

Kesepakatan utang mengkhawatirkan

Saat ini banyak negara telah menikmati jaringan jalan raya dan bandara baru. Namun mungkin hanya masalah waktu sampai mereka akhirnya terjebak utang.

Meningkatnya ketergantungan pada investasi Cina di seluruh dunia meningkatkan kekhawatiran tentang dinamika geopolitik di abad ke-21.

Sejumlah negara, dipicu oleh kasus Srilanka tahun lalu, mulai melepaskan diri dari ketergantungan mereka pada pinjaman Cina. Nepal dan Pakistan misalnya telah membatalkan proyek-proyek infrastruktur pada tahun 2017.

Tapi bukan hanya negara berkembang yang berhutang kepada Cina. Beijing kini tercatat sebagai pemberi utang terbesar ke AS, yaitu sebesar 1,1 triliun dolar AS dalam bentuk obligasi pemerintah.

Namun patut dicatat, di tengah kekhawatiran meningkatnya pengaruh Cina, hanya ada satu pangkalan militer mereka di luar negeri. Yaitu, di sebuah negara kecil bernama Djibouti di Afrika Timur.

photo
Hubungan Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump panas-dingin akibat perang dagang kedua negara. (AP: Andrew Harnik)

Bandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki 800 pangkalan militer di 70 negara. Artinya, Cina bukanlah satu-satunya negara di dunia yang memproyeksikan kekuatannya ke negara lain.

Seberapa besar ambisi Presiden Xi dalam hal itu masih belum jelas. Namun tak diragukan lagi dia jelas menghendaki Cina memimpin apa yang dijuluki sebagai Abad Asia.

Diterbtikan oleh Farid M Ibrahim dari artikel ABC Australia.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-11-16/pinjaman-lunak-china-kini-dikhawatirkan-sebagai-jebakan-utang/10503984
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement