REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat keamanan nasional Presiden Donald Trump, John Bolton mengaku tidak akan mendengar rekaman audio pembunuhan wartawan Saudi, Jamal Khashoggi. Bolton beralasan bahwa ia tidak memahami bahasa Arab.
"Apa yang akan saya pelajari - jika mereka berbicara bahasa Korea, saya juga tidak akan mendengar," kata John Bolton kepada wartawan di Gedung Putih.
Bolton mengatakan ia bisa mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dengan membaca transkrip rekaman. "Orang-orang yang berbicara bahasa Arab telah mendengarkan rekaman itu dan mereka telah memberi kami substansi dari apa yang ada di dalamnya. Saya sangat puas bahwa kami tahu rekaman itu diambil dan itu diperhitungkan dalam keputusan presiden dan dia mengumumkan posisinya dengan sangat jelas," kata Bolton.
Rekaman audio itu muncul sebagai bukti kunci di tengah laporan yang saling bertentangan tentang pembunuhan Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Turki Oktober lalu. Para pejabat Saudi awalnya mengklaim Khashoggi telah meninggalkan konsulat. Saudi kemudian mengatakan bahwa Khashoggi tewas dalam operasi yang bertujuan membawa ia kembali ke kerajaan.
Badan-badan intelijen AS telah menyimpulkan bahwa Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mengetahui rencana pembunuhan Khashoggi. Kesimpulan itu mendorong kongres menekan pemerintah AS untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Arab Saudi.
Trump telah mengindikasikan bahwa AS tidak akan memberi sanksi kepada Arab Saudi. Trump mengatakan, AS memperoleh manfaat yang besar dari hubungan dengan kerajaan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sering merujuk pada rekaman audio dalam upaya untuk meningkatkan tekanan terhadap Arab Saudi, musuh utama regional.
"Rekaman itu benar-benar mengerikan. Bahkan, ketika petugas intelijen Saudi mendengarkan rekaman itu dia begitu terkejut dan berkata 'yang satu ini mungkin menggunakan heroin. Hanya seseorang yang memakai heroin yang akan melakukannya," kata Erdogan dalam komentar yang diterbitkan di koran pro-pemerintah Yeni Safak.