REPUBLIKA.CO.ID, KUBA -- Kuba mengumumkan pada Selasa (4/12) malam bahwa warganya akan mendapatkan akses internet penuh melalui ponsel pada awal pekan ini. Hal itu menjadikan Kuba sebagai negara terakhir yang menawarkan layanan telekomunikasi tersebut di dunia.
Mayra Arevich, presiden perusahaan telekomunikasi monopoli milik pemeritah Kuba, ETECSA, mengumumkan hal tersebut di televisi. Ia menyampaikan, warga sudah bisa memulai kontrak layanan 3G untuk pertama kalinya pada Kamis, dilansir Time.
Sampai saat ini, warga Kuba hanya bisa mengakses akun email yang dikelola negara di ponsel mereka. Pemerintah Kuba sudah membangun jaringan 3G di kota-kota di wilayah kepulauan dan daerah wisata, kantor-kantor pemerintahan dan pebisnis asing bisa mengaksesnya selama beberapa tahun.
Kuba yang dipimpin pemerintahan komunis merupakan salah satu negara dengan tingkat pengguna internet terendah di dunia. Namun hal itu mulai membaik sejak Barack Obama dan Raul Castro mendeklarasikan detente (kebijakan pengenduran hubungan kedua negara) di 2014. Perkembangan tak tampak di era Presiden Donald Trump.
Kuba mengizinkan internet rumah pada 2017 dan ratusan titik koneksi Wi-Fi publik telah dibuka di taman dan alun-alun di seluruh negeri tahun itu juga.
Layanan baru ini akan menelan biaya sekitar 10 sen per megabyte, dengan paket mulai dari 600 megabyte untuk sekitar 7 dolar AS (sekira Rp 100.856) hingga empat gigabyte seharga sekitar 30 dolar AS (sekira Rp 432.240).
Harga tersebut kira-kira sejalan dengan standar global tetapi masih di luar jangkauan bagi banyak orang Kuba yang mendapat gaji negara sekitar 30 dolar AS per bulan.
Kuba menjalankan koneksi serat optik ke Venezuela pada 2012, memungkinkan pulau itu beralih dari tautan satelit yang lambat dan mahal. Hal itu kemudian memulai proses lambat yang memungkinkan warga untuk online.
Pemerintah membuka kafe internet yang dikelola negara pada 2013, disusul dengan Wi-Fi publik dua tahun kemudian. Jumlah Wi-Fi di Kuba kini telah berkembang menjadi lebih dari 800 titik.