REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Pemerintah Turki sedang membicarakan tentang kemungkinan investigasi kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi oleh PBB. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam sebuah konferensi pers di Ankara pada Selasa (11/12).
“Kami telah berdiskusi dengan Sekretaris Jenderal PBB dan rekan-rekan kami dan akan terus membahas,” ujar Cavusoglu, dikutip laman Al Araby.
Menurut Cavusoglu, terdapat permintaan dari badan internasional untuk penyelidikan. Sementara sejumlah negara yang menghadiri KTT G-20 di Argentina beberapa waktu lalu telah menyatakan kemauannya untuk mengajukan permintaan bersama.
Kendati demikian, Cavusoglu mengatakan harus ada permintaan resmi dan persetujuan dari Dewan Keamanan PBB sebelum penyelidikan PBB dapat dimulai.
Pada kesempatan tersebut, dia juga turut melayangkan kritik terhadap Saudi karena enggan mengekstradisi para tersangka pembunuhan Khashoggi ke negaranya.
“Mengapa Anda tidak ingin orang-orang ini diadili di Turki? Saya bertanya-tanya, apakah Anda takut bahwa akan terungkap siapa yang memberi perintah untuk pembunuhan itu?,” kata Cavusoglu.
Pada 5 Desember lalu, pengadilan Turki telah menerbitkan surat penangkapan terhadap Wakil Kepala Intelijen Asing Saudi Jenderal Ahmed Asiri dan penasihat kerajaan sekaligus pembantu utama Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), Saud al-Qahtani. Keduanya diduga termasuk di antara tokoh yang merencanakan pembunuhan terhadap Khashoggi.
Asiri dan al-Qahtani adalah dua dari 11 tersangka yang telah ditahan Saudi karena diduga terlibat pembunuhan Khashoggi. Namun Riyadh menegaskan tidak akan mengekstradisi para tersangka ke Turki.
Khashoggi dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober. Jasadnya kemudian dimutilasi. Hingga kini potongan tubuhnya belum ditemukan. Terdapat dugaan bahwa tubuhnya telah dilenyapkan menggunakan asam florida.