Sabtu 22 Dec 2018 09:50 WIB

Belanda Khawatirkan Penarikan Pasukan AS dari Suriah

Penarikan tersebut mengkhawatirkan mengingat masih eksisnya ISIS di kawasan.

Pasukan Amerika Serikat melakukan patroli di Sungai Kunar, Provinsi Kunar, Afghanistan, yang sering dijadikan jalur untuk menyelundupkan senjata. (ilustrasi)
Foto: AP/David Goldman
Pasukan Amerika Serikat melakukan patroli di Sungai Kunar, Provinsi Kunar, Afghanistan, yang sering dijadikan jalur untuk menyelundupkan senjata. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENHAAG -- Belanda, seperti sekutu-sekutu Amerika Serikat lainnya, pada Jumat menyuarakan kekhawatiran nya atas keputusan AS menarik pasukan dari Suriah.

Belanda mengatakan rencana Washington mengurangi kehadiran militernya di Afghanistan merupakan langkah yang prematur, mengingat konflik masih berlangsung di sana.

Menurut Menteri Pertahanan Ank Bijleveld kepada wartawan di Den Haag, pengumuman oleh Presiden AS Donald Trump pada Kamis (20/12) mengagetkan Belanda, yang menyumbang kepada misi militer di Suriah dan Afghanistan. 

Belanda mendukung pertempuran melawan para milisi ISIS dengan menyediakan jet-jet F-16. Belanda akan mengakhiri partisipasinya dalam operasi itu, yang berada di bawah komando militer AS, pada 31 Desember.

Bijleveld mengatakan, berakhirnya kehadiran militer AS di Suriah akan memiliki konsekuensi yang berjangkauan jauh bagi kawasan dan keamanan. 

“ISIS belum sepenuhnya dikalahkan dan ancaman belum sirna", kata dia.

Belanda juga kaget akan pengumuman rencana Washington mengurangi jumlah pasukannya secara signifikan di Afghanistan. 

Bijleveld mengatakan, pengurangan jumlah tentara di Afghanistan akan menjadi langkah yang prematur. 

Di Afghanistan, Belanda menempatkan 100 prajurit dalam misi pimpinan NATO -untuk mendukung tentara dan pasukan kepolisian Afghanistan.

"Kami mengintensifkan usaha-usaha di Afghanistan karena situasi keamanan belum membaik dengan cukup cepat," kata dia.

Dari Kabul, Reuters melaporkan bahwa para pejabat Afghanistan dan mitra-mitra Amerika dari Barat pada Jumat (21/12) bereaksi dengan rasa khawatir atas laporan bahwa AS berencana mengurangi sedikitnya 5.000 dari 14 ribu prajuritnya dari Afghanistan, setelah langkah-langkah tentatif menuju pembicaraan perdamaian.

Walaupun sudah ada penerimaan yang meningkat di Kabul, Presiden Trump tak sabar atas kemajuan dalam mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 17 tahun itu.

Perkembangan tersebut terjadi setelah Menteri Pertahanan Jim Mattis mengundurkan diri.

Mattis telah dipandang luas di Afghanistan sebagai penjamin keterlibatan AS. Pengunduran dirinya akan menimbulkan kecemasan di benak banyak pejabat Afghanistan.

Kabar itu menyusul pertemuan dua hari di Abu Dhabi antara utusan perdamaian khusus AS Zalmay Khalilzad dan wakil-wakil Taliban yang membahas penarikan pasukan internasional dan gencatan senjata pada 2019 mendatang.

 

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement